Senin, 25 Januari 2021

Rahasia Itu


Sejenak kuedarkan pemandangan di depanku. Ada sedikit rasa yang tak kutahu namanya berdesir di sini. Entahlah, ada sebongkah rasa yang mengaduk ulu hatiku. Tempat ini telah jauh berbeda dari yang pernah kutemui dulu. 


Ruangan ini seperti tak pernah tersentuh lama oleh penghuninya. Berbagai jenis buku berdebu berjejer di rak-rak buku yang menjulang tinggi, dengan tangga yang menyandar di sampingnya. Buku-buku lain tak kalah berdebunya, berceceran di lantai membentuk gunungan buku yang tak beraturan. Aah, harum ruangan khas dulu telah hilang dari penciumanku, hanya bau debu yang tersisa aromanya. 


Aku masih berdiri di sini, mengedarkan pandangan yang semakin tak menentu. Kembali, kenangan itu menggelayuti pikiranku. 


Sementara itu, lelaki yang mengajakku ke tempat ini untuk membereskan tempat kerjanya yang baru, sedang mencorat-coret sesuatu di tangannya. 


***

"Absen di sini ya,  Kakak!  Seru mbak Tina dengan tersenyum ramah. Ia merupakan penjaga perpustakaan di kampusku, yang cukup lengkap ini. Kampus yang notabene kampus baru waktu itu.


Kuambil buku kehadiran di atas meja panjang itu, kulihat-lihat lembar demi lembar di hari-hari sebelumnya yang bertuliskan namaku. Ya, hampir setiap hari aku mampir ke perpustakaan ini, walaupun hanya untuk duduk sejenak dan membolak-balikan buku bacaan yang sebenarnya tak minat kubaca. Agak heran, beberapa hari ini ada sesuatu yang mengusikku. Tulisan-tulisan di bawah namaku. Tulisan seseorang yang membuatku selalu bertanya-tanya dalam hatiku. 


"Halo, kakak cantik! Semoga bahagia hari ini ya." Begitu tulisan itu pertama kalinya kubaca. Awalnya aku berpikir itu hanya iseng saja. Tapi rupanya dugaanku salah, tulisan itu selalu ada di setiap namaku di buku kehadiran perpustakaan itu. 


"Semangat kakak! Kenapa terlihat lesu?". Tulisannya ketika aku kelelahan mengerjakan tugas sepertinya. Lain hari ada tulisan lainnya, "Jangan lupa kerjakan tugas kuliahnya ya!". Aku pun terheran, dari mana dia tahu, bahwa aku tugas kuliah. Mungkinkah dia memang selalu memata-matai kegiatanku?. 


Begitulah tulisan-tulisan itu selalu datang setiap hari di bawah atau kadang di pinggir namaku. Seolah-olah sang penulis ini, selalu ada di dekatku setiap harinya. 


***

Setelah merapikan beberapa buku yang tergeletak. Mataku tertuju pada sebuah buku besar bertuliskan "buku kehadiran" yang terlihat sudah lusuh. Kuambil dengan perlahan, kutiup sedikit debu yang menempel di sana. 


Kupandangi buku kehadiran yang kini ada di tanganku, Kulihat lagi nama-nama yang telah hadir di perpustakaan ini. Mataku tiba-tiba tertuju pada tulisan di bawah namaku. Tulisan yang tak pernah sempat lagi kubaca entah mengapa, mungkin karena aku tak ingin mati penasaran waktu itu. 


Sejujurnya, aku sangat penasaran dengan si dia penulis di bawah namaku. Aku bahkan, sempat jadi detektif beberapa hari. Tapi entahlah, rahasia itu tak pernah terbongkar. 


"Maafkan aku, Kak! Ini terakhir. Suatu hari, aku akan datang untuk melamarmu. Salam Kamal Ahmad". 


Kulirik lelaki yang mengantarkanku ke sini, ia melemparkan senyum manisnya dengan wajah meringis. Aku terdiam memandang wajahnya, seolah aku marah padanya. Aku seakan tak percaya pada apa yang kulihat. Kupandangi dia sejenak, kemudian kuarahkan mataku pada buku kehadiran ini, seakan memastikan. 


Dia sepertinya merasa bersalah atas tingkahnya itu. Kedua tangannya ditangkupkan di dadanya, meminta maaf. Aku masih tak bergeming, ada rasa yang aneh menyelusup. Ia menjadi merasa sangat bersalah. 


Tak kubiarkan lama, dengan sedikit terbahak, aku mencubit dan memukulnya. "Rupanya, kamu telah menepati janjimu ya, Kamal Ahmad. " bisikku padanya. Ia pun tersenyum megangguk. Manis sekali. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar