Selasa, 10 April 2018

Aku Sayang Kakak


Pagi hari di suatu tempat di tepi hutan, terlihat Didi dan Kiki si Ayam Jantan serta Nana si Ayam Betina sedang berjalan menuju hutan untuk mencari makan.

Didi dan Kiki memakai ransel yang cukup besar untuk membawa makanan nanti, sedangkan Nana hanya memakai tas selempang di bahunya.

“Masih lama kah ini?” Nana sedikit tak sabar. Nafasnya sedikit ngos-ngosan karena lelah.

“Masih lumayan jauh, Na. Kita istirahat dulu ya.” Didi berhenti dan duduk, kemudian meletakkan ranselnya di dekat kakinya. Nana dan Kiki mengikuti Didi istirahat juga.

Ketika mereka sedang asyik beristirahat tiba-tiba terdengar suara dari belakang Didi.

“Kakak, Mimi lapar. Mimi mau makan”.

Didi dan Nana mencari-cari darimana asal suara tersebut. Rupanya ada dua laba-laba kecil sedang berjalan menuju ke arah tempat Didi dan teman-temannya istirahat.

“Assalamu’alaikum, kalian mau ke mana?” Didi menyapa kedua laba-laba tersebut.

“Wa’alaikumsalam, aku Bani dan ini adikku, Mini. Kami mau mencari makanan ke hutan. Tapi adikku sudah kelelahan.” Bani menunjuk Mimi adiknya yang ngos-ngosan kelelahan.

“Oh, aku Didi, ini Nana dan Kiki temanku. Kami juga mau mencari makanan ke hutan. Kita bareng saja.” Didi menunjuk kedua temannya yang masih beristirahat.


***

Setelah beristirahat, mereka meneruskan lagi perjalanannya. Di perjalanan mereka harus menaiki tebing yang lumayan tinggi, hal ini membuat Mimi adiknya Bani kesulitan untuk naik.

“Kakak… Mimi tidak bisa naik. Ini agak susah naiknya.” Mimi mulai menangis karena susah memanjat tebingnya. Bani mencoba mencoba mendorong Mimi dari bawah, tetapi tetap saja Mimi tidak bisa memanjat juga. Kemudian Bani naik ke atas tebing mengikuti Didi dan teman-temannya untuk membantu Mimi yang masih kesulitan untuk menaiki tebing.

Bani mengulurkan sebatang ranting yang ditemuinya di atas tebing dekat rerumputan. Ternyata Mimi belum berhasil juga.

“Kakak…  Bagaimana ini?

“Tenang, Dik. Kakak mencoba pakai jaring tali,” kata Bani menenangkan.

Akhirnya Bani mengeluarkan jaringnya dan mengulurkannya ke Mimi. Dengan bantuan Didi dan teman-teman, Mimi berhasil menaiki jaring laba-laba yang diulurkan kakaknya.

“Terima kasih, Kakak. Mimi sayaaaang Kakak.” Mimi memeluk kakaknya dengan sayang.

“Terima kasih, Didi, Kiki dan Nana yang sudah membantuku.” Mimi melihat ke arah teman-temannya satu per satu.

“Sama-sama, Mi. Ayo, kita lanjutkan lagi perjalannya.” Didi memimpin teman-temannya meneruskan perjalanan.

***
Beberapa menit kemudian,

“Kak...Masih jauh kah? Mimi sangat lapar.” Mimi memegang perutnya yang bunyi kelaparan.

Bani berlari-lari kecil berjalan mundur menyemangati adiknya. “Sebentar lagi, Mi. Semangat!” Bani mengepalkan tangannya dan tanpa sadar kakinya terjerembab ke dalam lumpur hidup di belakangnya.

“Aduuh..tolooong..” Bani berteriak meminta tolong Didi dan teman-temannya.

Didi tiba di tepi lumpur hidup tersebut, disusul teman-teman lainnya. Mimi datang paling belakang.

“Kakaaaaak… Kenapa ini?” Mimi terisak melihat kakaknya terjerembab di lumpur sana.

Semua mencoba membantu Bani agar bisa keluar dari lumpur, tapi belum berhasil juga. “Kita perlu tali,” kata Didi. Mereka mencari-cari tali di sekeliling mereka.

Tiba-tiba Nana teringat kakaknya tadi ketika menolongnya mengeluarkan jaringnya.

“Aku akan coba menolong kakak.” Mimi berteriak ke arah kakaknya dengan mengeluarkan jaring talinya. Tetapi ternyata talinya kurang panjang. Mimi hampir putus asa. Ia menangis tersedu.

“Ayo, Mi. Mimi bisa!” Bani menyemangati Mimi yang sedang terisak.

“Ayo, Mi. Dicoba lagi. Pasti bisa!” Didi dan Nana ikut menyemangati Mimi.

Perlahan Mimi mengeluarkan jaringnya kembali. Kali ini dengan keyakinan untuk menolong kakaknya. Jaring tali Mimi ulurkan ke kakaknya.

“Ayo, Kak. Ini talinya. Alhamdulillah bisa lebih panjang.” Mimi menarik jaring talinya dibantu oleh ketika teman-temannya. Akhirnya, Bani bisa ditarik dari lumpur itu.

“Terima kasih, Mimi. Kakak sayang Mimi. Kakak tahu, kamu hebat.” Bani memeluk Mimi.

“Terima kasih teman-teman. Ayo, kita lanjutkan lagi. Sudah terlihat tuh makananya di sana.” Bani menunjuk buah-buahan yang sedang ranum, tidak jauh dari mereka berdiri.

“Alhamdulillah. Ayo!  Didi bersemangat.

Akhirnya mereka tiba di gudang makanan itu. Semua pun besuka cita. 

#30DEM
#30daysemakmendongeng

#day15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar