Sumber: pixabay.com |
Suatu pagi di rumah keluarga Mimi kelinci. Terlihat Mimi sedang sarapan dan bersiap untuk berangkat ke sekolah, sedangkan ibu Mimi sibuk menyiapkan bekal untuk Mimi di sekolah.
“Bu, Mimi bosan makannya telur dan sayur bayam terus.” Mimi memutar-mutar sendoknya, tanda malas-malasan untuk makan.
“Alhamdulillah, Mi. Kita masih bisa makan enak dan bergizi.” Ibu memasukkan bekal Mimi ke tas sekolah Mimi.
“Iya, Bu. Terus Mimi juga mau ganti tas, ini tas sudah mau dua tahun belum ganti.” Mimi menunjuk tasnya yang sedang dipegang ibu.
“Iya, Mi. Nanti kalau ada uangnya ibu belikan tas yang baru. Sabar ya, Mi.”
“Wa'alaikumsalam. Bekalnya sudah ibu simpan di tas ya, Mi. Jangan lupa dimakan.” Ibu melambaikan tangannya.
“Iya, Bu.”
***
Di sekolah, di kelas Mimi.
“Anak-anak jangan lupa, besok lusa kita akan ada kunjungan. Siapkan bekal dari rumah dan jangan lupa surat izin dari orangtuanya dikumpulkan hari ini ya.” Seperti biasa, bu Ratna mengingatkan anak-anaknya kembali.
Teng.. Teng..
Suara loceng berbunyi. Waktu istirahat tiba.
“Mi, ayo kita makan! Cari tempat dulu, yuk.” Rina dan Riri, kedua teman Mimi mengajak Mimi makan.
***
Kedua teman Mimi, dengan lahap memakan makan siang mereka. Mimi tidak berselera untuk makan. Bekalnya dari hari ke hari selalu telur dan sayur.
“Aku tidak berselera makan,” kata Mimi pada kedua temannya. “Aku bawa pulang lagi saja bekalnya.” Mimi memasukkan bekal yang sudah disiapkan ibunya.
***
Mimi pulang sekolah dengan lesu, sampai rumah ibunya telah menyambutnya.
“Kok lesu, Mi?” Ibu mengambil tas Mimi dan melihat bekalnya Mimi masih utuh.
“Bekalnya tidak dimakan, Nak? Maafin ibu, ya. Nanti insyaallah kita tambah menu lainnya kalau ada rezekinya.” Ibu mengusap kepala Mimi.
****
Hari ini jadwal kunjungan kelas Mimi, semua murid sudah bersiap di dalam bus yang disewa pihak sekolah. Mimi pun terlihat lebih ceria, karena hari ini bekal yang ia bawa tidak seperti biasanya. Ibunya sengaja membelikan ayam goreng dan wortel rebus kesukaannya, ditambah sekotak susu dan juga buah.
“Anak-anak, ayo kita berdoa dulu ya.” Ibu guru memimpin doa naik kendaraan. Setelah selesai, bus segera berangkat menembus jalanan kota.
Sekitar satu jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di sebuah bangunan agak tua khas Belanda dengan penataan yang apik. Ada papan di depan bangun yang tertulis “Panti Asuhan Hamba Allah” besrta alamat lengkap.
Semua murid-murid SD Berkah turun dari busnya. Ibu Naila, wali kelas Mimi sebagai pemimpin rombongan, memberi aba-aba untuk memasuki rumah khas Belanda itu, yang disambut hangat oleh para pengasuh panti asuhan tersebut. Selain bu Naila, ada dua guru lainnya yang ikut kunjungan yang membantu anak-anak membawa barang-barang yang akan dihibahkan.
Setelah barang-barang itu selesai dimasukkan, mereka berkumpul di sebuah ruangan mirip aula. Terlihat beberapa anak panti juga menyambut mereka.
Satu-persatu saling memperkenalkan diri masing-masing. Rata-rata mereka sudah tidak ada ayah dan ibunya, ada juga yang ditinggalkan oleh ayahnya, ada juga ibunya. Sangat miris. Diam-diam dalam hati Mimi, ia bersyukur. Masih mempunyai orangtua yang lengkap. Ibunya juga perhatian, ayah rela berpeluh demi Mimi dan ibunya. “Aah, aku ternyata kurang bersyukur,” gumam hati Mimi.
***
Sepulang dari panti itu, Mimi sampai rumah langsung mencari ibunya.
“Ibu, maafkan Mimi ya. Mimi kurang bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Mulai sekarang, insyaallah Mimi mau memakan apa saja yang dimasak ibu. Terus tas Mimi juga tidak usah diganti dulu, ini masih bagus kok.” Mimi memeluk ibunya.
“Alhamdulillah, iya, Sayang. Besyukur itu adalah sumber kebahagiaan kita. Kalau kita tidak bersyukur, semuanya akan terasa kurang,” kata ibu membelai kepala Mimi.
“Sekarang Mimi ganti baju, salat Zuhur, dan makan siang ya. Ibu masak gulai ayam kesukaanmu.” Ibu tersenyum.
“Alhamdulillah … Terima kasih, Ibu. Pastilah ini buah dari Mimi bersyukur.” Mimi tersenyum. Dalam hatinya, ia berjanji dengan izin Allah akan terus mensyukuri semua yang telah diberiNya.
#30DEM
#30daysemakmendongeng
#day12
#30daysemakmendongeng
#day12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar