Jumat, 22 Januari 2021

Tentang Mamah

Salah satu nikmat yang paling aku syukuri adalah terlahir dari kedua orangtuaku saat ini. Terutama mamah, yang telah melahirkanku sebagai anak pertama dari 5 (lima) bersaudara. Dengan formasi 4 perempuan dan satu adik bungsu laki-laki. Alhamdulillah. 

Sedari kecil, aku tak pernah jauh dari mamah. Bahkan menginap di rumah orang lain pun aku tak pernah mau. Aku akan menangis minta pulang, jika menginap di rumah nenek atau saudaraku. Sehingga beliau akan selalu ada di setiap perkembangan anaknya ini. Apalagi, mamah sebagai seorang wiraswasta yang mempunyai warung di rumah, otomatis kesehariannya tak pernah jauh dari rumah. Mamah yang menikah muda, telah mengabdikan hidupnya untuk keluarga kecilnya. 


Tentang mamah sampai saat ini, seingatku tak pernah beliau memukulku. Sebaliknya yang kuingat, mamah selalu bilang sayang sama anak-anaknya, tidak dibeda-bedakan satu sama lainnya. Beliau pun selalu bilang, tak pernah dan tak perlu diminta akan terus mendoakan anak-anaknya. 


Saat ini, ketika aku sudah dewasa dan menikah, aku pun masih sangat merasakan kasih sayang mamah. Bahkan ketiga anak-anakku dilahirkan di kampung, di rumah mamah. Mamah yang meminta agar aku bisa melahirkan di sana, agar ada yang merawatku katanya. Memang benar, mamah betul-betul merawatku saat kehamilan dan setelah melahirkan. Aku tak dibiarkannya keletihan atau pun kelaparan. 


Jika ada seorang ibu yang melahirkan langsung mengerjakan pekerjaan rumah atau apapun. Aku tak pernah. Setelah melahirkan, mamah akan merawatku seperti aku sedang "sakit". Bahkan jauh sebelum melahirkan pun, atau saat kondisiku hamil, aku diperlakukan dengan sangat baik. 


Semua kehamilanku sama. Aku tidak diizinkan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dari mulai mencuci baju, mencuci piring, nyapu, ngepel dan memasak dan tetek bengek lainnya. Kecuali menjaga kedua anakku yang mamah jarang lakukan, karena anak-anakku sudah bisa main sendiri. Tapi, terkadang ikut neneknya, jika beliau bepergian. 


Begitulah, rasanya mamah memang selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Apalagi, setelah kepergian bapak setahun yang lalu, mamah sepertinya lebih memikirkan anak-anaknya. 


Jika surga di telapak kaki ibu, itu memang benar adanya. Mamah akan selalu menjadi surga bagi kami, walaupun terkadang ada beberapa hal yang tidak sinkron antara kami anak-anaknya dengan mamah.  


Saat ini, aku dan adik-adikku inginnya mamah tidak terlalu banyak pikiran. Sehingga beberapa waktu ini, mamah banyak mengeluh dan merasakan sakit ini, sakit itu. Padahal, sebelum kepergian bapak, mamah mampu mengerjakan semuanya. 


Aku dan adik-adik yakin, bapak pun tidak ingin mamah sakit-sakit seperti saat ini. Bapak ingin mamah tetap bahagia, tanpa kehadirannya. 


Memang, setelah kepergian bapak rasanya ada yang hampa, ada yang hilang tak tahu di mana. Tetapi, mamah harus tetap berdiri tegak, jangan rapuh hanya karena omongan orang, atau bahkan saudara sendiri. 


Kami anak-anakmu, ada di sini untuk mamah. Walaupun belum seberapa yang bisa diberikan, tetapi kami selalu ingin membuat mamah bahagia. Kami selalu menyayangi mamah, sebagaimana mamah menyayangi kami waktu kecil dan tentunya saat ini. 


Alloohummaghfirlii waliwaalidayya warham humma kamaa rabbayaa nii shaghiiraa


Artinya: "Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku (Ibu dan Bapakku), sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil"


Doaku pun untuk saat ini dan nanti, jika Allah memanjangkan usiaku. Aku ingin bisa bersabar dan bisa memperlakukan anak-anakku dengan istimewa, sebagai mana mamah dan bapakku merawat anak-anaknya dengan istimewa. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar