Aku sering berpikir bahwa sesuatu yang dulu aku anggap buruk, ternyata setelah waktu berlalu, justru menjadi hal yang paling aku syukuri. Seolah-olah Allah memang selalu punya rencana terbaik, hanya saja aku yang belum bisa melihatnya saat itu. Kadang, saat mengalami sesuatu yang menyakitkan, aku merasa dunia seakan runtuh. Tapi setelah melewatinya, aku sadar bahwa semua itu adalah bentuk kasih sayang Allah yang begitu besar kepadaku, meskipun aku sebagai hamba-Nya penuh dengan dosa dan kekurangan.
Salah satu pengalaman hidup yang dulu terasa begitu pahit, tetapi sekarang menjadi hal yang paling aku syukuri, adalah batalnya pernikahanku dengan seseorang yang dulu sangat dekat denganku. Saat itu, aku sudah menjalin hubungan dengannya selama hampir tiga tahun. Keluarga kami sudah saling mengenal, dan alhamdulillah, mereka semua setuju dengan hubungan kami. Rasanya, aku sudah begitu yakin bahwa dia adalah orang yang akan menemaniku mengarungi kehidupan rumah tangga. Segala rencana sudah tertata rapi di kepala. Aku bahkan sudah membayangkan seperti apa kehidupan kami nanti.
Tapi ternyata, Allah berkehendak lain. Tanpa tanda-tanda yang jelas, dia tiba-tiba mengakhiri hubungan kami. Alasannya? LDR dan beberapa alasan lain yang terdengar begitu sederhana. Dan yang lebih menyakitkan, dia menyampaikan semuanya hanya lewat pesan singkat. Seolah-olah tiga tahun kebersamaan kami bisa selesai begitu saja dalam beberapa baris kalimat. Aku benar-benar merasa hancur. Aku bertanya-tanya, kenapa ini terjadi? Kenapa setelah semua yang kami lalui, semuanya berakhir secepat itu?
Namun, pukulan terbesarnya bukan hanya itu. Tak lama setelah itu, aku tahu dari teman kantorku bahwa dia sudah punya yang lain. Dan yang lebih menyakitkan, aku baru tahu tentang pernikahannya dari undangan yang beredar. Aku bahkan tidak diundang. Seolah-olah aku dan dia tak pernah saling mengenal sebelumnya. Sejak saat itu, dia benar-benar menghilang, tak ada kabar, tak ada komunikasi, seakan-akan kami tak pernah berbagi cerita dan rencana bersama.
Saat itu, aku benar-benar merasa putus asa. Aku menangis berhari-hari, merasa hidupku hancur, dan bertanya-tanya kenapa semua ini harus terjadi. Tapi ternyata, setelah waktu berlalu, aku justru sangat bersyukur. Karena akhirnya aku bertemu dengan seseorang yang jauh lebih baik dalam segala hal.
Sekarang, aku bisa melihat betapa Allah benar-benar menyelamatkanku. Kalau saja aku menikah dengan dia, mungkin hidupku akan jauh berbeda. Aku mungkin harus tinggal di luar pulau dan jarang bisa pulang ke rumah orang tuaku. Tapi sekarang, justru setelah menikah, aku lebih sering pulang. Aku bisa melahirkan ketiga anakku di dekat ibuku, mendapat dukungan penuh darinya, dan merasa nyaman dalam lingkungan yang sudah aku kenal.
Yang lebih membuatku bersyukur, suamiku sekarang adalah seseorang yang baik dan memiliki prinsip hidup yang sama denganku. Kami menikah tanpa pacaran, dan dia pun belum pernah pacaran sebelumnya. Itu membuatku merasa lebih tenang, karena aku tidak perlu khawatir atau cemburu dengan masa lalunya. Kami bertemu melalui proses ta’aruf dalam satu circle tarbiyah, sehingga sejak awal kami sudah memiliki visi dan misi yang sama dalam membangun rumah tangga.
Sekarang, aku benar-benar bahagia. Aku bersyukur karena Allah menjauhkan aku dari sesuatu yang dulu aku anggap baik, tetapi ternyata bukan yang terbaik untukku. Aku sadar bahwa pernikahan adalah perjalanan yang panjang. Jika aku menikah dengan orang yang salah, pasti aku akan merasa sangat lelah dan mungkin tidak akan sebahagia sekarang. Tapi alhamdulillah, Allah menggantikan dengan seseorang yang selalu berusaha menyenangkanku, membuatku bahagia, dan selalu ada untukku.
Dulu, aku menangis karena merasa kehilangan. Tapi sekarang, aku justru bersyukur karena kehilangan itu ternyata adalah bentuk perlindungan Allah untukku. Aku belajar bahwa sesuatu yang terasa menyakitkan hari ini, bisa jadi adalah anugerah terbesar di masa depan. Aku hanya perlu bersabar dan percaya bahwa Allah selalu punya rencana yang lebih baik dari rencanaku sendiri.
Sekarang, setiap kali mengingat masa lalu itu, aku hanya bisa tersenyum. Bukan karena aku tidak pernah merasakan sakitnya, tapi karena aku akhirnya mengerti bahwa semua itu terjadi demi kebahagiaan yang aku rasakan hari ini. Alhamdulillah, sekarang aku hidup dengan pria yang membuatku selalu berbunga-bunga, dan itu jauh lebih dari apa yang pernah aku bayangkan sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar