Sabtu, 06 Januari 2018

Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak #1


Materi sebelas ini penuh tantangan,  peserta kelas harus mencari sendiri materinya kemudian dipresentasikan di kelas dibagi per kelompok. Kebetulan hari ini saya kebagian presentasi pertama. Cuma sendirian, karena teman kelompoknya sudah mengundurkan diri dari kelas. 

Berikut ini review presentasi semalam yang dilaksanakan di kelas bunda sayang Sulawesi.

Review Presentasi Fitrah Seksualitas Anak 

Kelas : Bunda Sayang 1 Sulawesi 
Fasilitator : Rinrin Arian
Presenter : Yuli Yuliani 
Tanggal : 5 Januari 2018
Pukul : 20.00 - 21.00 WITA 

Materi 

Beberapa waktu yang lalu media sosial dihebohkan dengan sebuah buku yang bertujuan mengenalkan pendidikan seks pada anak. Dalam salah satu isi cerita, buku tersebut membahas persoalan masturbasi. Ini yang membuat publik geger, topik ini langsung menjadi viral.

Kemudian adanya peyimpangan seskualitas atau LGBT dan juga kekerasan seksual pada anak cukup untuk kita sebagai orang tua segera membangkitkan fitrah seksualitasnya berdasarkan Quran dan Sunnah. 

Di sini yang akan saya bahas adalah mengenai membangkitkan fitrah seksualitas anak.

Setiap anak lahir dengan fitrahnya masing-masing.
Tugas orangtua adalah membangkitkan fitrah yang dimiliki anak, agar fitrah-fitrah tersebut mampu berkembang optimal.


Fitrah seksualitas adalah bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bersikap sesuai dengan fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati. Pendidikan fitrah seksualitas tentu berbeda dengan pendidikan seks.

Memulai pendidikan fitrah seksualitas tentu pada awalnya tidak langsung mengenalkan anak pada aktivitas seksual, seperti masturbasi atau yang lainnya.

Ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai pada pendidikan fitrah seksualitas ini.

Pertama, membuat anak mengerti tentang identitas seksualnya.

  • ‌Anak bisa memahami bahwa dia itu laki-laki ataupun perempuan.‌
  • Anak sudah harus bisa memastikan identitas seksualnya sejak berusia tiga tahun.‌
  • Orangtua mengenalkan organ seksual yang dimiliki oleh anak.
‌Ada baiknya dikenalkan dengan nama ilmiahnya, misalnya vagina pada perempuan atau penis pada laki-laki.

Mengapa harus nama ilmiah? Ini menghindarkan pada pentabuan. Selama ini pembicaraan seputar seksuitas dianggap tabu oleh masyarakat. Karena penjelasannya seringkali tidak secara ilmiah.


Hal yang tabu ini bisa mendorong anak untuk mencari-cari secara sembunyi-sembunyi. Dan ini pada akhirnya akan memulai datangnya masalah penyimpangan seksual pada anak. Orangtua harus menjadi pihak pertama yang secara jujur dan terbuka dalam menyampaikan hal yang berkaitan dengan organ seksual anak. Sehingga anak akan mampu dengan jelas memahami identitas seksualnya.

Kedua, mengenali peran seksualitas yang ada pada dirinya.

Anak mampu menempatkan dirinya sesuai peran seksualitasnya. Seperti cara berbicara, cara berpakaian atau merasa, berpikir dan bertindak. Sehingg anak akan mampu dengan tegas menyatakan "saya laki-laki" atau "saya perempuan".


Ketiga, mengajarkan anak untuk melindungi dirinya dari kejahatan seksual.

Ketika anak sudah lancar berbicara dan mulai berkativitas dengan peer groupnya di luar rumah, maka orangtua perlu mengajarkan tentang area pribadi tubuhnya. Area pribadi tubuh adalah bagian tubuh yang tidak boleh dipegang oleh orang lain, kecuali untuk pemeriksaan atau untuk dibersihkan.

Hanya orangtua ataupun dokter yang boleh memegang area pribadi ini. Ada empat area pribadi yaitu anus, kemaluan, payudara dan mulut. Dengan demikian anak akan waspada kepada pihak-pihak yang akan melakukan kejahatan seksual padanya.


Lantas bagaimana cara membangkitkan fitrah seksualitas pada anak?

Membangkitkan fitrah seksualitas anak bisa dimulai sejak mereka dilahirkan. Pada framework pendidikan berbasih fitrah, membangkitkan fitrah seksualitas pada anak berbeda menurut tahap usia anak masing-masing.

Ada tiga tahapan usia anak yaitu tahap pra latih (0-2 tahun dan 3-6 tahun), tahap pre aqil baligh 1 ( 7-10 tahun) dan tahap pre aqil baligh 2 ( 11-14 tahun).


A. Tahap Pra Latih
* Usia 0-2 Tahun
Pada usia ini anak harus dekat dengan ibunya, karena terdapat proses menyusui. Ibu menyusui anaknya. Menyusui bukan sekedar memberi ASI.
Artinya ketika menyusui ibu memberikan perhatian secara penuh kepada anaknya. Tidak melakukan aktifitas lainnya saat menyusui.


* Usia 3-6 tahun
Di usia ini anak harus dekat dengan kedua orangtuanya. Sosok ayah dan ibu harus hadir agar anak memiliki keseimbangan emosional dan rasional. Kedekatan kedua orangtua akan membuat anak secara imaji mampu membedakan sosok laki-laki dan perempuan. Dan pada akhirnya anak akan bisa menempatkan dirinya sesuai seksualitasnya.


Anak sudah bisa memastikan jenis seksualitasnya.
Mereka dengan mantap mengatakan  " saya perempuan " atau " saya laki-laki ".


B. Tahap Pre Aqil Baligh 1 (7-10 tahun)

Pada usia ini anak laki-laki lebih didekatkan kepada ayah. Mengapa? Karena usia ini egosentris anak bergeser ke sosio sentris. Ayah membimbing anak lelakinya untuk memahami peran sosialnya.
Caranya bisa mengajak anak untuk mengikuti shalat berjamaah di masjid. Melakukan kegiatan pertukangan bersama. Atau menghabiskan waktu di bengkel.

Selain itu, ayah juga menjelaskan tentang fungsi reproduksi yang dimiliknya. Misalnya konsekuensi sperma bagi seorang laki-laki.

Begitupula sebaliknya, di usia ini anak perempuan lebih didekatkan pada ibunya. Ibu membangkitkan peran keperempuanan dan keibuaan anak. Misalnya memberi pengetahuan akan pentingnya ASI (Air Susu Ibu). Agar kelak anak perempuan akan melaksanakan tugas menysuinya dengan baik. Mengajarkan tentang pentingnya pendidikan bagi seorang ibu.


Seorang ibu haruslah terdidik, sebab ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya.Melibatkan anak dalam mempersiapkan hidangan yang begizi bagi keluarga. Dan ibu menjadi tempat pertama yang menjelaskan tentang konsekuensi adanya rahim bagi perempuan.

C. Tahap Pre Aqil Baligh 2 ( 11-14)

Usia ini adalah puncak perkembangan fitrah seksualitas. Pada usia ini anak laki-laki akan mengalami mimpi basah, sedangkan anak perempuan akan mengalami menstruasi. Mereka juga mulai memiliki ketertarikan pada lawan jenis.


‌Langkah pertama yang harus dilakukan orangtua dalam membangkitkan fitrah seksualitas pada usia ini adalah memberikan mereka kamar terpisah.

‌Di usia ini anak laki-laki harus lebih dekat pada ibunya. Tujuannya, agar dia mampu memahami dan memperhatikan lawan jenisnya melalui kacamata perempuan. Sehingga kelak dia akan tumbuh sebagai laki-laki yang bertanggungjawab dan penuh kasih sayang.

‌Anak perempuan pada usia ini harus lebih dekat dengan ayahnya. Ayah menjadi cinta pertamanya. Ayah menjadi sosok ideal dimatanya. Menjadi tempat mencurahkan segala keluh kesah. Kedekatan ini membuat anak perempuan bisa memahami bagaimana laki-laki harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan sesuai persepsi laki-laki.


Pertanyaan kemudian adalah bagaimana setelah usia 14 tahun?

Pasca usia 14 tahun anak bukan lagi anak. Mereka adalah individu yang setara.Tugas orangtua sudah selesai di usia ini. Sebab jumhur ulama sepakat usia 15 thn adalah usia aqil baligh. Anak sudah bertanggungjawab pada dirinya sendiri.

Selamat mendidik dan membersamai ananda. Bersabarlah karena kita hanya memiliki waktu selama 14 tahun.


Referensi :
1. http://www.ummi-online.com/membangkitkan-fitrah-seksualitas-pada-anak-bagian-1.html
2. http://www.ummi-online.com/membangkitkan-fitrah-seksualitas-pada-anak-bagian-2.html
3. http://www.lendyagasshi.com/2016/09/resume-rb-cikutra-pendidikan.html?m=1


Tanya Jawab 

▶ pada slide presentasi
Anak mampu menempatkan dirinya sesuai peran seksualitas. Seperti cara berbicara, cara berpakaian. 

1. ๐Ÿ“จPertanyaan :
Apakah ini kaitannya dengan stigma 'laki2 nggak boleh cengeng?' Atau 'anak perempuan nggak boleh grasak grusuk' ya? 

Karena anak saya 2, laki dan perempuan dengan sifat bawaan yg justru terbalik. Yg perempuan lebih grasak grusuk, yg laki lebih main perasaannya๐Ÿค”๐Ÿ˜…. (Tasya)

๐Ÿ“ Jawaban :

Utk lebih lengkap bisa cek ini bun. http://www.lendyagasshi.com/2016/09/resume-rb-cikutra-pendidikan.html?m=1

Saya kutip mungkin bisa membantu.

Teh Elma menjelaskan mengenai Urutan Pendidikan Seksualitas Sesuai Usia Anak.

*Usia 0-5 tahun*

Memastikan kedekatan dan kelekatan dengan anak. Dari mulai bayi melalui fasa menyusui (usia 0-1 tahun) adalah fasa oral. Dimana bagian dari anak yang paling peka adalah mulut.
Lanjut ke usia 1-3 tahun adalah fase anal, dimana anus adalah bagian dari anak yang paling peka.
Dan usia 3-5 tahun adalah fasa phallic yaitu bagian penis atau klitoris adalah bagian yang paling peka.

Maka dari itu orang tua harus mengajari anak bahwa tubuhnya berharga.
Caranya adalah senantiasa meminta ijin apabila ingin memegang daerah kemaluannya. Dengan menyebut nama medis bukan nama absurd.

Misal :
"Adik sudah selesai pipis, mama ijin membersihkan vagina (atau kalau laki-laki, penis) adik yaa..."

Kemudian mengaitkan segala sesuatu dengan perintah Allah. Tentang adab thaharah dalam Islam.

Bahwa umat Islam wajib sholat. Dan bagaimana bisa sholat, maka yang harus diperhatikan adalah kebersihan. Bagaimana bisa dibilang bersih? Maka latih anak (maksimal usia 3 tahun) untuk toilet training. Membiasakan anak untuk pipis dan poop di kamar mandi dan langsung dibersihkan. Tidak memakai popok lagi.

Mengajarkan anak usia batita dan balita memang tidak mudah. Ada baiknya dibalut dengan sesuatu yang disukai anak. Misalnya melalui 3B (Bermain, Bernyanyi, dan Bercerita)

*Usia 5-7 tahun*
Menjelaskan orang-orang yang ada di sekitar kita. Tentang mahram, keluarga, dan orang asing.
Menjelaskan tentang aurat. Pentingnya menutup aurat dan menahan pandangan.

Membiasakan anak untuk pisah selimut saat tidur(untuk yang sama jenis kelamin) dan pisah kamaruntuk yang berbeda jenis kelamin.

Membiasakan tertib mandi untuk menjaga aurat. Tidak boleh mandi bareng. meskipun memiliki anak yang sama jenis kelamin, apalagi bersama dengan tuanya.

Mengajarkan anak untuk percaya pada perasaannya sendiri. Biasanya anak bisa mengenali mana orang dengan niat baik atau tidak baik.

Bila dirasa orang tersebut tidak baik, maka ajarkananak untuk berkata "Tidak".
Dan yang terakhir adalah menjalin kedekatan dan kelekatan pada anak.

Yakinkan pada anak bahwa kita (sebagai orang tua) bisa diajak berbagi rahasia.


2. ๐Ÿ“จPertanyaan :

Bun.. apa g boleh ibu telanjang didepan anak. Walaupun anak masih baby-2 tahunan?? Atau mandi bareng. (Uni)

๐Ÿ“  Jawaban :
Ini saya coba buka linknya ya bun https://islamqa.info/id/102187

Tidak dibolehkan menyingkap aurat di hadapan anak-anak yang sudah mumayyiz (sudah dapat membedakan). Karena Allah Ta'ala telah memerintahkan kaum mukminin untuk memerintahkan mereka yang belum balig di dalam keluarga agar izin terlebih dahulu sebelum masuk kamar (orang tua) dalam waktu yang tiga, sebagaimana firman Allah Ta'ala,

Terhadap anak kecil yang belum dapat membedakan, tidak mengapa seseorang tidak menutup auratnya darinya. Ibnu Qudamah berkata dalam kitab Al-Mughni, 7/76, "Adapun terhadap anak yang masih kecil dan belum mumayyiz, tidak diwajibkan menutup aurat darinya."

3. ๐Ÿ“จPertanyaan :

Bagaimana  pula dengan anak yang masih suka pegang nen ibunya sejak kecil sampai usia pra sekolah yah? (Eli)

๐Ÿ“  Jawaban :

Terhadap anak kecil yang belum dapat membedakan, tidak mengapa seseorang tidak menutup auratnya darinya. Ibnu Qudamah berkata dalam kitab Al-Mughni, 7/76, "Adapun terhadap anak yang masih kecil dan belum mumayyiz, tidak diwajibkan menutup aurat darinya."

Kalau saya mengacu ke sini bun๐Ÿ˜…. Mungkin ada pendapat lain. Sudah dicari belum ketemu.

Demikian ya reviewnya.  Semoga bermanfaat.! 

Kunjungi slidenya di :
https://steller.co/s/7mDjK6nyBMw

#Day1
#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#FitrahSeksualitasAnak


Tidak ada komentar:

Posting Komentar