***
Di Rumah Bibi |
28 tahun silam Imah dilahirkan seseorang yang kemudian ia menyebutnya ibu. Seseorang yang tak sempat ia kenal sampai dewasa karena kedua orang tuanya harus berpisah ketika usianya baru 1,5 tahun. Dan ia harus menangis ketika seorang bernama ibu itu meninggalkannya bersama ayahnya yang tak bisa disebut bertanggungjawab juga. Hingga akhirnya ia tinggal di rumah neneknya yang tentu tidak sepenuhnya bisa mengurusnya dengan baik, karena usianya yang sudah jauh dari muda.
Sakit kah ia ketika tahu ditinggal ibu dan ditelantarkan ayah? Wajah kecilnya dulu tak mengerti, mengapa ia harus tinggal di rumah neneknya, padahal rumah nenek dan ayahnya hanya berbeda 5 langkah. Ia hanya mengikuti alur hidup saja. Tak juga terasa sakit. Yang ia tahu selama ini ia masih bisa makan, minum dan memakai baju cukup layak. Ia belum mengerti.
Hingga suatu hari bibinya datang ke rumah neneknya untuk menjemputnya tinggal bersama keluarga bibinya. Usianya belum genap 5 tahun waktu itu. Ia tak menangis, tak ada air mata untuk siapapun baginya. Entahlah, terbuat dari apakah hatinya? Ia tak pernah menangis. Hatinya mungkin beku, karena tak ada Cinta kasih yang memberinya secara utuh. Dengan riang ia ikut juga bersama bibinya yang rumahnya pun tak jauh dari rumah neneknya, dengan rumah ayahnya juga.
Rumah bibinya ternyata dekat jalan raya provinsi, banyak mobil yang lewat setiap harinya, cukup bisa membuat suasana hangat menyelimuti hatinya. Ia menyukai deru mobil yang hilir mudik lewat di depan rumah bibinya itu.
Bibinya tinggal di rumah yang cukup nyaman dengan halaman yang luas. Ada rumput Jepang tumbuh di halamannya dengan pohon buah-buahan tumbuh mengelilingi rumahnya. Ada jambu biji dan jambu air yang tumbuh di kanan rumahnya, kemudian belimbing dan delima di depan rumahnya. Ada juga pohon salam yang tumbuh berdekatan dengan pohon belimbing.
Rumah yang cukup besar dengan ruang tamu yang luas berhiaskan lukisan buah-buahan juga terdapat bunga segar di setiap sudutnya di dalam toples berisi air, ada tiga kamar tidur, ruang keluarga yang luas dengan perabotan yang cukup mewah, dapur yang luas dan ruang makan serta kamar mandi yang cukup luas juga. Imah menyukainya tinggal di rumah itu.
Di sini lah hari-hari Imah dimulai suka dukanya. Bersama 3 sepupu perempuan anak bibinya itu, ia tumbuh bersama dengan berbagai kenangan yang dilaluinya bersama mereka. Hatinya mulai hidup, ada banyak rasa yang bisa ia rasakan di sini.
#sarapankata
#KMOIndonesia
#KMObatch12
#Day1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar