Minggu, 14 Januari 2018

Fitrah Seksualitas Berdasarkan Jenis Kelamin



Fitrah Seksualitas Anak Laki-laki

  • Pada usia pra latih (0-2 tahun, 2-6 tahun)
Usia 0-2 tahun. Anak lelaki didekatkan pada ibunya karena masa menyusui. Menyusui adalah tahap awal penguatan semua konsepsi fitrah termasuk fitrah seksualitas.

  • Usia 3-6 tahun didekatkan pada ayah ibunya.
Ini Tahapan penguatan konsepsi gender dengan imaji imaji positif tentang laki laki. Ayah dan ibu harus hadir pada fase ini. 

Usia 3 tahun identitas harus jelas bagaimana bersikap, berbicara, merasa lak laki. Dimulai dari hal yang paling sederhana dari pakaian, toileting dan sebagainya. Indikator tumbuhnya fitrah seksualitas ditahap ini adalah anak dengan jelas dan bangga menyebut dirinya sebagai laki laki.

  • Pre Aqilbaligh (7-10 th)
Ini tahap membangkitkan kesadaran seksualitas lewat kedekatan dan peran sosial.
Anak laki laki di dekatkan ke ayah agar peran sosial seorang lelaki dan seorang ayah didapatkan dari ayahnya. Indikator ditahap ini adalah anak lelaki kagum dan ingin seperti ayahnya.

  • Pre Aqilbaligh II (10-14 th)
Ini tahap pengujian eksistensi melalui ujian dalam kehidupan nyata.

Anak lelaki didekatkan ke ibu agar memahami mendalam cara pandang perempuan dari kacamata perempuan (dalam hal ini ibunya).

Kamar dipisah.

“perintahkanlah anak-anakmu untuk shalat ketika berusia 7 tahun, dan pukullah jika enggan melakukan shalat bila telah berusi 10 tahun, serta pisahkanlah tempat tidur diantara mereka.” (HR. Abu Dawud).

Sangat jelas perintah hadits ini, kita hendaknya memisahkan tempat tidur anak dari orang tua begitu usianya 10 tahun. Anak laki laki hendaknya tidur terpisah dari saudaranya yang perempuan. Anak laki laki tidak boleh tidur dalam satu sarung dengan sesama laki-laki, meskipun itu kakak atau adiknya sendiri.

Indikator ditahap ini adalah persiapan dan keinginan bertanggung jawab menjadi ayah.

  • Post Aqilbaligh (>15 tahun)
Ini tahap penyempurnaan fitrah seksualitas. Ini adalah masa dimana anak lai laki bukan lagi anak anak, tetapi mitra bagi orangtuanya. Mereka adalah personal yang dewasa dengan peran keayahan yang kokoh.

Mereka telah mukalaf atau mampu memikul beban syariah, termasuk kemampuan untuk menikah atau menjadi ayah sejati.

Demikian tahapan mendidik fitrah seksualitas anak lelaki. 

Selanjutnya saya akan memaparkan fitrah seksualitas anak perempuan 

Fitrah Sensualitas Anak Perempuan

Fitrah seksualitas keperempuanan adalah bagaimana seseorang perempuan itu berfikir, bertindak, bersikap, berpakaian dll sebagai seorang perempuan

Tahapan-tahapan anak berdasarkan fitrah seksualnya dibagi menjadi :

Usia 0-2 tahun, anak  perempuan didekatkan pada ibunya karena ada proses menyusui

Usia 3 - 6 tahun anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional apalagi anak sudah harus memastikan identitas seksualitasnya sejak usia 3 tahun.

Ajarkan anak wanita utk bersikap sepatutnya terhadap lelaki asing atau yg bukan mahram. Ramah boleh tapi tetap jaga kemuliaan diri

Saat anak wanita belum baligh atau masih anak2, ajarkan ia utk membedakan 3 jenis sentuhan : pantas, meragukan dan haram

👉Sentuhan pantas itu muaranya kasih sayang. Ini dilakukan oleh orang lain kepada anak wanita yg belum baligh di bagian sekitar kepala dan pundak
👉Sentuhan yg meragukan. Yakni antara kasing sayang versus nafsu. Biasanya berpindah-pindah tempat. Dari kepala turun ke bahu trus ke pinggang. Jika sudah melewati batas bahu, yakni ke pinggang, atau ke perut, ajarkan anak utk menolak dgn kalimat “Aku gak suka ah”
Terakhir,
👉 sentuhan haram yakni di wilayah sekitar kemaluan dan buah dada. Ajarkan anak kemampuan utk menolak dan menghindar. 

Ketika usia 7 - 10 tahun, anak perempuan didekatkan ke ibunya agar peran keperempuanan dan peran keibuannya bangkit. Maka wahai para ibu jadikanlah tangan anda sakti dalam merawat dan melayani, lalu jadikanlah kaki anda sakti dalam urusan keperempuanan dan keibuan.

Ibu harus jadi wanita pertama hebat yang dikenang anak anak perempuannya dalam peran seksualitas keperempuanannya. Ibu pula orang pertama yang harus menjelaskan makna konsekuensi adanya rahim dan telur yang siap dibuahi bagi anak perempuan.

Sejalan dengan di atas, pada tahap ini, anak perempuan lebih didekatkan kepada ibunya, agar mendapat suplai “keibuan” atau suplai feminitas, melalui interaksi aktifitas dengan peran peran sejati sosial keperempuanan, misalnya merawat keluarga, memasak, menjahit, menata rumah, menata keuangan dstnya.

Para Bunda, disarankan berhenti “catering” dan “menjahit sendiri”, tunjukan pada anak perempuan bahwa tangan dan kaki bunda “sakti”. Jadikan “mukena” pertamanya adalah jahitan tangan ibunya sendiri.

Sederhana bukan?

Para Bunda sebaiknya mulai berusaha menjadi idola bagi anak perempuannya, sampai ia berkata. “Aku ingin seperti bunda, keren banget”.

Bunda juga yang harus menjelaskan tentang “haidh” dan fiqh perempuan, seperti mandi wajib, peran wanita dalam masyarakat, konsep tanggungjawab aqilbaligh, pokok aqidah dstnya ketika anak perempuannya menjelang usia 10 tahun. 

Anak perempuan yang tidak dekat dengan Ibunya atau kekurangan suplai “feminitas” pada tahap ini, diragukan akan menjadi perempuan sejati atau ibu yang baik kelak.

Pada tahapan usianya ini pula seorang anak perempuan juga harus diberikan bekal pendidikan tentang tata cara bergaul semenjak kecil. Baiknya orang tua menjelaskan tentang batasan-batasan bergaul dengan lelaki. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh rasul, beliau mengajari anak perempuannya untuk tidur terpisah dengan anak laki-laki semenjak usia si anak mencapai 10 tahun. Beliau juga memberikan penjelasan tentang pentingnya perempuan untuk menjaga pandangannya, dan berpenampilan agar tidak menyerupai laki-laki.

Mengajarkan Tata cara berpakaian yang islami (menutup aurat). 
Diriwayatkan dari Aisyah ra: bahwa Asma’ binti Abi Bakar menemui Rasulullah SAW dengan kondisi ia berpakaian pendek, maka berpalinglah Rasulullah SAW seraya berkata, “Wahai Asma’, sesungguhnya wanita, apabila telah baligh, tidak pantas terlihat kecuali ini dan ini (beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya).” (HR. Abu Daud)

Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT dalam Al-Quran:

“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh merek. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al-Ahzab:59)

Mengajarkan pekerjaan rumah tangga
Sejatinya kodrat setiap perempuan saat dewasa adalah menjadi seorang istri. Dan istri yang baik adalah mereka yang mampu menjalankan pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, merawat anak, membersihkan rumah dan sejenisnya. Maka itu, semenjak kecil anak harus dibiasakan dengan pekerjaan rumah. Sedikit demi sedikit, seperti mulai mengajarinya menyapu lantai. Dengan demikian, saat ia telah dipinang oleh laki-laki, ia siap menjalani kewajibannya.

Selain itu, ajarkan juga kepada anak wanita kita tentang siapa itu saudara, sahabat, kenalan dan orang asing. Sikapi dgn beda. 

Usia 11 - 14? Nah inilah tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas dimulai serius menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan.

Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi dimunculkan oleh Allah SWT secara alamiah, dimana anak perempuan mengalami menstruasi pada tahap ini. Secara syahwati, mereka sudah tertarik dengan lawan jenis.

Pada tahap ini, anak perempuan didekatkan ke ayah agar seorang perempuan yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka disaat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok lelaki terdekatnya, yaitu ayahnya, bagaimana lelaki harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata lelaki bukan kacamata perempuan. Bagi anak perempuan, ayahnya harus menjadi sosok lelaki ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.

Buat anak wanita tidak membutuhkan sosok lelaki lain yg jadi ‘pahlawan’ nya selain ayah, kakek dan kakak kandungan. Saat anak wanita mulai jatuh cinta, ia akan jadikan AYAH sebagai mentor cintanya. Tak ingin ditipu lelaki buaya. Nasehat ayah jadi panduan. 

Saat anak wanita siap menikah, ia mencari sosok lelaki yg seperti ayahnya. Atau setidaknya pilihan ayahnya. Bahkan saat anak wanita menjalani gonjang ganjing pernikahan. Ia tak butuh lelaki lain sebagai tempat curhat. Ayahnya lah yg jadi labuhan. 

Anak perempuan yang tidak dekat ayahnya di tahap ini, kelak berpeluang besar menyerahkan tubuh dan kehormatannya pada lelaki yang dianggap dapat menggantikan sosok ayahnya yang hilang dimasa sebelumnya.

Begitupula sebaliknya, setelah fitrah seksualitas keperempuanan dari anak perempuan dianggap tuntas bersama ibunya, kini saatnya anak perempuan lebih didekatkan kepada ayahnya, agar dapat memahami lelaki dari cara pandang seorang lelaki.

Anak perempuan harus memahami “bahasa seorang lelaki” secara mendalam, karena kelak dia akan menjadi istri dari seorang lelaki yang juga menjadi ayah dan imam bagi keluarganya.

Anak perempuan yang tidak dekat dengan ayahnya di tahap ini, kelak menurut riset berpeluang 6 kali menyerahkan tubuhnya kepada lelaki yang dianggap sosok ayahnya.

Anak perempuan yang dekat dengan ayahnya, secara alamiah memiliki mekanisme bertahan untuk mampu membedakan mata lelaki baik dan mana lelaki buruk dalam kehidupan sosialnya.

Ibu bisa mengajari  anak wanita kita akan keutamaan menjaga kesucian diri bukan sekedar menjaga keperawanan. Suci dan perawan itu beda !
Perawan terkait dengan faktor fisik, dimana selaput dara tidak robek. Sementara suci terkait dgn faktor akhlak dan sikap.

Usia >15 tahun
fitrah seksualitas keperempuanan matang menjadi peran keibuan sejati.

Wujudnya adalah kesiapan untuk memikul beban rumahtangga melalui pernikahan, membangun keluarga, menjalani peran dalam keluarga yang beradab pada pasangan dan keturunannya.

Sumber :
Al-Qur’an 
Harry Santosa, Fitrah Based Education
https://www.google.co.id/amp/s/seizeyours.wordpress.com/2015/09/11/tips-parenting-mendidik-anak-perempuan-ust-bendri-jaisyurrahman/amp/


#Day9
#Tantangan10Hari
#Level11
#KuliahBunsayIIP
#FitrahSeksualitasAnak




Tidak ada komentar:

Posting Komentar