Jumat, 06 April 2018

Mengaji, Tidak Menonton Televisi

dream.co.id

Setiap sore, di masjid Multazam selalu ramai dengan anak-anak yang mengaji. Suaranya menggema di setiap titik-titik masjid, menenangkan.

Seperti sore ini, terlihat Azzam, Afkar, dan Nabil berangkat menuju rumah Langit untuk menjemputnya mengaji. Memang biasanya mereka berempat selalu berangkat bareng ke masjidnya. Biar semangat kata Azzam, kalau bareng-bareng berangkatnya.

Mereka tiba di depan rumah Langit, tetapi tidak terlihat tanda-tanda Langit sedang menunggu mereka.

“Assalamu’alaikum, Langiit.. Langiit. Ayo, ngaji! Azzam mengetuk pintu rumah Langit.

“Wa’alaikumsalam …” Terdengar pintu dibuka. Bundanya Langit yang membuka pintu.

“Eeh ada teman-teman Langit …”

“Langitnya ada, Bu? Kami mau menjemputnya mengaji,” tanya Afkar.

“Ada, ayo masuk dulu. Langitnya ada di ruang keluarga.” Bunda Langit mempersilahkan teman-temannya Langit untuk menemui Langit.

“Langit, kok belum siap? Hemm.. Pantesan, lagi nonton ya?” Nabil melihat ke arah televisi.

“Aku hari ini izin tidak mengaji dulu ya, Zam. Lagi seru nih, film kesukaanku tayang hari ini.” Langit menangkupkan kedua tangannya memandang Azzam, tanda permohonan maaf.

“Mengaji lebih penting, Lang. Masa kalah sama acara TV. Ayolah, kita kan bareng-bareng berangkatnya! Azzam memegang pundak Langit.

“Sini, aku matikan saja TVnya.” Nabil mengulurkan tangannya ke Langit.

“Iya deh, aku ngaji. Tunggu ya. Aku siap-siap dulu.” Langit bangun dari duduknya dan bergegas ke kamar untuk ganti baju.

***
“Bunda, Langit berangkat mengaji ya. Assalamu’alaikum.” Langit berpamitan dan mencium tangan bundanya sebelum berangkat ke masjid.

“Wa’alaikumsalam,  Nak. Hati-hati di jalan ya,” kata bunda dengan tersenyum.

***
“Senang ya, kalau berangkat bersama-sama mengajinya. Jadinya bisa saling menyemangati, jika salah satu dari kita ada yang malas-malasan kayak Langit tadi.” Afkar sengaja melirik Langit.

“Iya deh, aku salah tadi. Maafin aku ya. Kita kan, suka mengaji daripada nonton tivi.” Langit pura-pura cemberut.

“Hahaha, iya kan udah mau mengaji. Jadi, dimaafkan.” Nabil terkekeh.

Tak terasa, mereka sudah sampai di pekarangan masjid. Teman-teman lainnya juga sudah menunggu. Azzam merasa senang, karena mereka bisa bersama-sama mengaji, menggetarkan dinding-dinding masjid Multazam setiap hari.

#30DEM
#30daysemakmendongeng
#day11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar