Setelah seminggu antusias dengan program Mentorship di kelas Kupu-Kupu, mulai mendaftar menjadi mentee dan mentor. Kini saatnya, kita berkutat di minggu kedua dengan tema Assesment skill baik kita sebagai mentee ataupun mentor. Jika dirasa, ternyata mentee kita lebih dari kita sebagai mentor, maka mentroing akan menjadi fear to fear, atau selevel.
Assesment Saya Sebagai Mentee
Sebagai mentee, saya mengambil mentor mbak Inaak menjadi mentor saya di coaching dalam memperdalam passion. Saat assesment yang dilakukan tadi siang, pukul 14.30 WITA. Saya mendapatkan pelajaran yang tidak saya terapkan ke mentee saya.
Platform yang digunakan untuk assesment kali ini, bukan Video Messenger ataupun WA, tapi menggunakan streamyard.com dengan link di sini . Sejujurnya saya baru menggunakan platform ini. Ternyata tidak harus download aplikasinya, bisa hanya menggunakan google chrome yang sudah saya install lama.
Assesment saya sebagai mentee, dalam mengenal passion jika diangkakan saya mengambil nilai 2 pas tadi wawancara itu. Kenapa mengambil nilai 2 dari 10? Karena ternyata saya memang belum terlalu paham banget passion itu apa sih? Apa hanya 4E saja? Apakah step-stepnya? Saya masih remang-remang dalam hal ini. Selanjutnya harapan saya setelah ikut coaching ini adalah bisa menaikkan level passion saya di angka 8 dari 10. Dalam benak saya, nilai 10 itu jika saya atau seseorang telah mengenal passionnya dengan baik. Memberikan manfaat dengan passionnya dan tentunya pada akhirnya bisa menghasilkan.
Nah, saya mengambil nilai 8 itu, jika saya bisa mengenal passion dengan baik dan bisa bermanfaat dengan passion tersebut walaupun secara finansial belum menghasilkan. Gap dari nilai 2-8 inilah misi saya di bunda cekatan mentorship kali ini.
Professional banget metornya |
Self Assesment |
Assesment Mentee
Untuk assesment mentee saya, sepertinya masih belum maksimal. Ada 3 mentee saya, dua diantaranya tidak bisa dengan video call karena ada kendala. Akhirnya hanya menggunakan teks dan gambar saja. Walaupun begitu, assesment mentee masih bisa sih. Hanya, gestur tubuh tidak bisa saya cek.
Satu diantara tiga bisa melaksanakan video call melalui aplikasi WA. Alhamdulillah, dari yang saya tangkap mbak Yessi, mentee saya yang bisa video call, telah melakukan bisnis online di bidang kaos anak sejak tahun 2015 , produksi sendiri. Hanya saja memang belum optimasi IGnya. Jadi, masih hanya sekedar upload produk saja.
Harapan mbak Yessi ikut mentoring ini, bisa konsisten upload dan optimalisaai IG usaha kaos, karena ingin seriusin produksi kaos lagi yang sempat vacum, untuk menambah income.
Ini mentornya masih amatir. |
Dua mentee saya yang lain, ada mbak Desi yang memang baru memulai bisnis di IG tahun 2019 dengan tanpa optimasi dan belum konsisten upload. Usaha yang digelutinya adalah kuliner bebek. Harapan hampir sama dengan mbak Yessi.
Masih baru di IG |
Mentee terakhir ada mbak Fatma yang menurut saya sudah berpengalaman dengan IG, hal ini bisa dilihat dari kualitas konten IG dan juga pengetahuan tentang per IGan. Dengan begitu, saya lebih memposisikan fear to fear untuk mbak fatma. Teman sharing dan diskusi.
Tampilan sudah rapi |
Alhamdulillah banyak hikmah yang bisa diambil di kelas mentorship ini. Saya bisa diskusi bareng mbak Fatma jika kesulitan jika kedua mentee saya yang lain ada yang ingin lebih informasinya.
#janganlupabahagia
#jurnalmentoringkedua
#materi2
#kelaskupukupu
#bundacekatan
#buncekbatch1
#buncekIIP
#institutibuprofesional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar