Jumat, 19 Februari 2021

Jodoh dan Pernikahan 3

Semakin lama, akhirnya komunikasi kami semakin intens. Rasanya aku seperti menemukan teman terbaikku. Aku mulai merasakan rasa yang tak kumengerti. Semua teori tentang menjaga hati, menjaga pandangan, dan hukum pacaran rasanya kalah dengan ego perasaanku. 


Hingga akhirnya, aku lulus dan bekerja di STEI juga, menjadi salah satu dosen muda dan asisten dosen. Pernah aku menjadi pengawas ujiannya, kadang juga masuk di kelasnya sebagai asisten dosen. Rasanya itu, nano-nano. Diledekin temannya, dia cool aja. Aku sih, cuek juga walaupun ketar-ketir. 


Hampir empat tahun kami dekat, dia pun sudah mau wisuda. Ketika momen wisuda itulah, aku dikenalkan dengan orangtua Langit. Ada rasa haru dan bahagia, juga deg-degan. Alhamdulillah respon mereka baik. 


Tak lama setelah itu, Langit pun datang ke orangtuaku. Orangtuaku dengan senang hati menerima lamaran dari seorang mahasiswa yang baru lulus, belum ada pekerjaan.


Selang beberapa bulan dari kelulusan, ia mendapatkan panggilan dari salah satu bank syariah di tanah kelahirannya, di pulau seberang. 


Ada perasaan senang, takut dan sedih karena kepergian Langit ke sana. Ternyata rasa sedih lebih dominan, aku pun menangis dan mengadu teman kostku, kak Ratna. Kak Ratna menguatkanku, kalau jodoh tidak akan ke mana katanya. 


***

Kepergian Langit ke tanah kelahirannya, ternyata menjadi pertemuan terakhir untuk kami. Hubungan LDR, menjadi sangat tidak jelas, kesibukan masing-masing menyita waktu kami. Dan aku masih ingat, hari itu aku bertengkar hebat dengannya. Aku merasa, ia tak lagi peduli karena pekerjaannya. Entahlah, apalagi yang membuat Langit begitu marah, sampai akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami. 


Tak bisa dijelaskan perasaanku. Semua mimpi-mimpi yang telah kubangun rasanya hancur tak berkeping. Aku malu sama orangtuaku, bagaimana juga cara menjelaskan kalau kami sudah berakhir. Langit juga tidak ada kabar lagi setelah hari hari itu. 


Tiba-tiba kakak ipar Langit, kak Mira namanya, mengirimkan pesan di Facebook. Kalau Langit hari itu kecelakaan mobil dan dibawa ke rumah oleh seorang perempuan, teman kerjanya. Yang akhirnya, perempuan itu kini menjadi istrinya. 


Aku terluka, dengan perlakuan Langit. Tapi, aku sudah memaafkannya sekarang. Kebaikannya untukku juga banyak, aku tentu tak ingin membuat dendam dan marah menyarang di hatiku. Aku merelakannya. Orangtuaku pun, akhirnya memaafkannya, apalagi Allah telah menggantikan dengan seorang lelaki salih yang selalu membuat hati anak perempuannya menangis terharu karena kebaikan-kebaikannya. 


***

Perjalan menuju pelaminanku begitu mudah dan lancar. Bulan Februari aku memberikan biodata ke murabbiahnya adikku, seminggu kemudian kami bertemu di rumah murabbiyah adikku itu untuk ta’aruf bertemu wajah dan menanyakan apa saja yang masih mengganjal dari biodata tertulis. 


Aku betul-betul deg-degan dengan ta’aruf ini, tak pernah terbayangkan aku akan melakukan sunnahnya ini dengan cara yang suci, tanpa harus berlama-lama menjaga perasaan dan emosi. 


Aku menangis bahagia, karena Allah masih menjagaku, menyayangiku, dan mempertemukanku dengan seorang ikhwan yang belum pernah mengalami pacaran sebelumnya. Aku tersanjung, aku lah yang pertama baginya. Allah.. Betapa, Engkau Maha Segalanya. 


Setelah masa ta’aruf, Biru nama pemuda yang keren itu, datang ke rumah orangtuaku dengan murabbinya untuk bersilaturahim. Beberapa hari kemudian, aku dan adikku pun datang ke rumahnya. Keluarga besarnya menyambutku dengan bahagia, ia sendiri tidak ada di rumah karena sedang mempersiapkan keberangkatannya ke Sulawesi. 


Begitu cepat, setelah pertemuan itu, keluarga Biru datang ke rumah untuk melamarku. Rasanya bahagia dan terharu hatiku. Allah begitu memudahkan. 


Akhirnya disepakati tanggal pernikahannya, yaitu ketika Biru libur kuliah, karena yang sedang mengambil Strara 2 di Universitas Negeri di Makassar. 


Begitulah, akhirnya dengan pemuda pilihan itulah aku menikah. Doaku tentang suami yang salih, pintar, kaya harta ataupun hati, ganteng dan berakhlak yang baik di setiap salatku sejak 15 tahun lalu telah terwujud. Doa dari ustadzku tentang mencintai orang yang mencintaiNya juga terjawab dengan kehadirannya di sisiku. 


Hingga hari ini, kami telah menikah selama hampir 5 tahun. Dikaruniai satu puteri dan satu putera yang menyenangkan hati. 


Semoga Allah selalu memberikan rahmat dan keberkahanNya untuk keluarga kecil kami. Aamiin.. 


***

Jika ingin mengulang waktu, maka aku tak akan memilih untuk memiliki hati yang belum halal. Dosanya dan rasa bersalahnya tak sebanding dengan kenikmatannya. Bahkan, hati rasanya lebih resah dan selalu galau gulana. 


Semoga Allah juga mengampuni dosa-dosaku yang telah menghabiskan waktu sia-sia dengan dosa selama hampir 4 tahun lamanya. Aamiin



Tidak ada komentar:

Posting Komentar