Minggu, 14 Maret 2021

Bibi Bangau yang Berani

Siang yang cerah di pinggiran hutan. Hewan-hewan sedang menikmati cuaca yang cerah itu. Ada yang sedang duduk-duduk santai di pinggir kolam, ada yang tertidur di atas rerumputan karena kekenyangan, ada juga yang bersiul dengan riangnya. 


Namun, berbeda dengan indahnya hari itu, Bibi Bangau pulang ke rumahnya dengan wajah bersedih. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Sepertinya ia pulang dari sekolah, karena membawa beberapa buku dan memakai seragam. Dengan sedikit berlari, ia terburu mengetuk pintu rumahnya. 


"Ibu … Bibi pulang," katanya dengan suara lemah. 


Beberapa detik kemudian, pintu terbuka. "Bibi…  Kenapa kamu terlihat sedih?" Ibu Bangau merangkul Bibi dan mengajaknya masuk rumah. 


"Ibu … Aku nggak bisa apa-apa, Bu. Teman-teman semua suaranya bagus-bagus. Aku saja yang jelek. Aku tidak mau ikut tampil di acara itu. Aku takut diejek teman-teman." Bibi Bangau menangis tersedu-sedu mengadu kepada ibunya. 


Dengan merunduk, ibu Bangau mengusap-usap kepala Bibi Bangau dengan sayang. Ia tak tega melihat anaknya menangis. "Memang ada acara apa, Sayang?" Ibu Bangau masih merunduk menghapus air mata Bibi Bangau. 


"Akan ada acara pentas seni tahunan, Bu. Aku ditunjuk teman-temanku pas ibu guru minta perwakilan untuk menyanyi. Padahal mereka kan tahu, suaraku tidak bagus. Aku tidak bisa menolak, aku takut dan malu, Bu. " Tangisan Bibi Bangau semakin keras. 


Ibu Bangau terus mengusap kepala Bibi. Kemudian dengan tersenyum ia berkata, "Bibi sayang, Ibu paham perasaan Bibi. Bibi maunya tampil apa memang?" Ibu memandang Bibi dengan tersenyum. Bibi dengan tersipu malu menjawab ibu, " Aku maunya ditunjuk menari aja, Bu. Aku suka menari, " katanya malu-malu. 


"Ya sudah, kalau begitu, Bibi bisa bilang ke ibu guru, Bibi bisanya menari. Mau tampil menari. Bagaimana?" Ibu Bangau masih tersenyum ke arah Bibi. Sekilas Bibi tampak ragu-ragu untuk mengangguk. "Tapi, Bu … " suaranya menggantung.  "Ibu yakin, Bibi bisa berkata jujur pada bu guru. Ibu guru pasti suka sama anak pemberani dan jujur." Tangan ibu terkepal memberi semangat. 


Dengan ragu-ragu Bibi menganggukan kepalanya dengan tersenyum. Ia berjanji akan bilang semuanya ke bu guru, esok hari. 


***

Acara pentas seni pun datang.


Ketika namanya dipanggil untuk menari, dengan percaya diri, Bibi Bangau memasuki panggung diiringi musik yang ceria. Kaki dan tangannya dengan lincah mengikuti irama. Gerakannya halus dan memesona semua teman-teman dan gurunya. 


Setelah selesai menari, ia segera berlari ke ibunya yang tersenyum bangga padanya. Tepuk tangan teman-teman dan gurunya, membuat ia bersemangat. "Ibu, terima kasih ya." Bisiknya dalam pelukan ibu Bangau. "Aku akan selalu berani dan jujur, " katanya tersenyum. Ia sangat berterima kasih sama ibunya, karena ibunya lah ia bisa berani berkata jujur. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar