Jumat, 22 Maret 2024

Rasulullah Idolaku

Sore itu anak-anak sedang berkumpul di mesjid Multazam. Seperti biasa, ba’da salat Asar mereka akan belajar mengaji dengan ustadz Ibrahim. 

Satu persatu dari mereka maju untuk menyetorkan hafalan, termasuk azzam yang hari itu kebagian setor surat An-naba. Azzam terlihat komat-kamit mengulang hafalannya sebelum maju untuk menyetorkan hafalannya.

Setelah semua murid selesai menyetorkan hafalannya masing-masing, mereka berkumpul kembali membentuk lingkaran untuk mendengarkan kisah-kisah atau tausiyah dari ustadz Ibrahim. 

“Assalaamu’alaikum anak-anak shalih dan shalihah. Ustadz mau tanya nih, apa kalian punya idola yang kalian kagumi? Hayo satu-satu boleh menjawab.” Ustadz Ibrahim mengedarkan pandangannya ke semua anak. 

“Ipin Upin, Ustadz. Saya suka lihat filmnya.” Dadan mengacungkan tangannya. 

“Huuuu…” Terdengar teman-temannya riuh. 

“Yang lainnya?” Ustadz Ibrahim mengedarkan pandangannya lagi. 

“Aliando, Ustadz.” Mimi menjawab malu-malu, tangannya ditutupkan ke mulutnya. 

Teman-temannya bertambah riuh, “Huuuuuu… “

“Rasulullah yang harus diidolakan ya, Ustadz?” Azzam akhirnya membuka suara. 

“Nah, betul Azzam.” Ustadz Ibrahim mengacungkan jempolnya. 

“Mengapa kita harus mengidolakan Rasulullah?” Pandangan ustadz Ibrahim masih diedarkan ke seluruh anak-anak. 

“Ustadz mau bercerita kisah akhlak beliau yang Masyallah, maka panstaslah kita mengidolakannya. Ceritanya seperti ini.” Ustadz Ibrahim mengambil nafas sebelum akhirnya beliau berkisah. 


***

“Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah ada seorang pengemis Yahudi buta, setiap harinya apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya."

Tetapi walaupun demikian, setiap pagi Rasulullah SAW selalu mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW selalu menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu setiap hari hingga menjelang Beliau SAW wafat. Setelah Rasulullah wafat, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan dan menyuapinya setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. 

Suatu hari, Abu Bakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA. Beliau bertanya kepada anaknya, "Anakku, adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan?” 

Aisyah menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayahanda engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayahanda lakukan kecuali satu sunnah saja.” 

"Apakah Itu?” tanya Abu Bakar. 

“Setiap pagi, Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana,” kata Aisyah.

Keesokan harinya Abu Bakar berangkat ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abu Bakar mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abu Bakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "Siapakah kamu?"

Abu Bakar menjawab, "Aku orang yang biasa.” 

"Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku,” jawab si pengemis buta itu. “Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan padaku dengan mulutnya sendiri,” pengemis itu melanjutkan perkataannya. 

Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada lagi. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.” 

Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar, ia pun menangis dan kemudian berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.”

Ustadz Ibrahim berusaha menahan air matanya. Kemudian melanjutkan perkataannya. “Nah, anak-anakku karena akhlak Rasulullah itulah akhirnya Pengemis Yahudi buta tersebut bersyahadat dihadapan Abu Bakar RA.”

“Ustadz, Rasulullah begitu mulia ya? Mimi jadi mengidolakan beliau,” kata Mimi tersedu menahan tangisnya. 

“Iya anak-anakku, tidak ada alasan untuk tidak mengidolakan Rasulullah. Beliau adalah makhluk paling pemaaf, paling lembut hatinya, bagus akhlaknya. Mulai sekarang, kita mencoba untuk mencintai dan mengidolakan beliau dengan mengikuti sunnah-sunnahnya ya. Kita tutup Majlis ini dengan doa Kafaratul Majlis. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.” Ustadz Ibrahim menutup pengajian hari itu. 

#30daysemakmendongeng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar