Rabu, 20 Februari 2013

Setiap saat bersama Allah...

Penulis :  M. Anis Matta
Cetakan keempat,  Maret 2008
Penerbit : Al-I’thishom cahaya umat
Jumlah halaman : 121 halaman

Buku saku yang patut kita bawa, sebagai pengingat kita dalam setiap gerak dan nafas agar selalu ada do’a dan kata yang harus senantiasa kita panjatkan kepada Allah, sebagai bentuk kebutuhan kita kepadaNya. Buku kecil nan berisi, yang terdiri dari 6 bab yang dirinci secara jeli oleh anis matta sang penulis yang puitis J.

Bab 1 Mengapa kita harus berdo’a
·         Ibadah adalah misi hidup kita. Ibadah adalah menjadikan semua gerak kita, baik gerak fisik maupun gerak jiwa dan pikiran, senantiasa mengarah kepada apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah swt. Ibadah lahir dari keyakinan bahwa kita adalah ciptaan Allah yang selamanya kita butuh kepadaNya.
Rasa butuh itulah yang terwakili saat kita berdo’a. Do’a adalah perisai orang mukmin, tiang agama, serta cahaya langit dan bumi. Ibnu Qoyim berkata : “jika perisai do’amu lebih kuat dari musibah, ia akan menolaknya. Tetapi, jika musibah lebih kuat dari perisai do’amu maka ia akan menimpamu. Namun, do’a itu sedikitnya tetap akan mengurangi efeknya. Adapun jika perisai do’amu seimbang dengan kekuatan musibah, maka keduanya akan bertarung.”
·        
     Do’a membangun kesehatan mental. Dalam do’a kita menemukan keberkahan hidup karena semua peristiwa kehidupan yang kita hadapi hanyalah merupakan pertemuan yang indah, antara kehendak Allah dan kehendak kita.

Bab 2 Seni berdo’a
·         Perjalanan kata memerlukan penyangga yaitu amal shaleh
·        
     Sujud sang jiwa yaitu menuntut kejujuran dalam berharap, penuh keyakinan yang hampir-hampir tidak dapat dibedakan dari tuntunan.
·        
    Ragapun menyertainya yang menuntut pada kesucian diri, menghadap ke kiblat dan mengangkat kedua tangan saat berdo’a sebagai bentuk paling sempurna dari permohonan dan rasa butuh.
·        
     Santun dalam berharap menuntut kita mengawali do’a dengan pujian-pujian, lalu dilanjutkan dengan shalawat kepada Rasulullah, diikuti dengan istighfar memohon ampunan atas dosa-dosa kita dan memanggil Allah sesuai dengan makna permohonan. Selain itu, saat pemilihan waktu, tempat dan momentum yang tepat juga berpengaruh.

Bab 3 Bersama Allah sepanjang hari
Bab 4 Pada setiap peristiwa kehidupan kusebut namaMu!
Bab 5 Disini, kutumpahkan semua harapanku padaMu Ya Allah

Bab 6 Beginilah menjalani hidup dengan Khusu’  
Kini kita menyadari do’a bukanlah pekerjaan sederhana. Do’a bukanlah kumpulan kata yang kering. Do’a bukanlah harapan yang dingin. Do’a bukanlah sekadar menengadahkan tangan ke langit. Bukan ! Ternyata do’a adalah “surat” dari sang jiwa yang senantiasa terpaut pada langit. Do’a adalah rindu kepada Allah yang tak pernah selesai.

Maka, setiap kata dalam do’a adalah gelombang jiwa yang getarannya niscaya terdengar ke semua lapisan langit. Disini tak ada tempat bagi kepura-puraan. Disini tak ada ruang bagi kebohongan. Begitulah jiwa sang musafir, terus berlari ke perhentian terakhir, ketika raganya masih berada dalam gerbong kereta waktu. Dengarlah munajat sang musafir.
Ya Allah bantulah aku untuk senantiasa mengingatMu, mensyukuriMu, dan menyembah Mu dengan cara yang baik” (HR. Abu Dawud dari Muadz bin Jabal)

Demikianlah, hari-harimu akan berlalu dengan indah saat jiwamu senantiasa terpaut dengan langit. Engkau mulai harimu dengan do’a dan mengakhirinya dengan do’a pula.

Allah menginginkan agar kaki kita berjalan di bumi, namun hati kita senantiasa terpaut pada langit.


-----------------Wallahu ‘alam ----------------






Tidak ada komentar:

Posting Komentar