Kurebahkan badanku di atas kasur yang empuk ini. Entah mengapa badan ini rasanya lesu, tak bertenaga. Mungkin ini ada hubungannya dengan kejadian yang tidak mengenakan hati di kantor tadi siang. Rasanya sedih dan pedih.
***
Tadi siang di kantor
Tok.. Tok.. Suara pintu diketok dari luar ruangan. Seseorang muncul di hadapanku, gadis manis berjilab biru. "Ma, dipanggil bu bos tuh", kata Mira teman satu kantor yang lumayan dekat, tetapi kami beda bagian. Kami biasa makan siang bersama ketika istirahat. "Ada apa ya, Mir? Tumben bu bos manggil" sahutku. "Nggak tahu, Ma. Ada yang penting kayaknya. Ada bu ketu juga. Di ruangan rapat ya", katanya lagi mengingatkan. "Sip, Ma. Aku segera ke sana". Sahutku sambil membereskan tugas-tugas yang ditata di atas mejaku. Ku ambil buku catatan dan pulpen dan segera kaki melangkah menuju ruang rapat yang terletak hanya beda satu ruangan dengan ruangan kerjaku.
Aku, Kima. Bekerja di sebuah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di sebuah kota keci di Jawa Barat. Aku masih lajang dengan usia yang hampir mendekati kepala tiga. Tidak ada yang istimewa dariku, semua hanya mengalir saja dalam hidupku. Tak ada harapan ataupun resolusi untuk tahun yang akan datang ataupun evaluasi akhir tahun. Hidup berjalan apa adanya. Tetapi, tuhan selalu punya cara yang terbaik untuk mahluknya. Dengan keadaan pas-pasan ini, aku bersyukur bisa kuliah walaupun di PTS yang baru berjalan 3 tahunan. Kemudian menjadi mahasiswa cum laude dan terbaik di jurusanku. Setelah lulus langsung ditawarkan untuk bekerja di PTS ini sebagai sekretaris Program Studi Keuangan. Aah rasanya semua mengalir saja dan mudah bagiku. Dalam hatiku selalu berkata, betapa tuhan selalu memberikan kemudahan-kemudahan dalam hidupku. Mungkin ini adalah do'a orangtua yang tak pernah putus untuk anaknya, sehingga dengan keadaanku ini tuhan menjawab do'a orangtuaku, untuk kebaikanku.
Hingga hari ini tiba, ketika atasannya atasanku, memanggilku ke ruangan rapat ini. Oh iya, untuk informasi, atasanku itu kakak kelasku juga di kampus ini. Beliau beda satu tingkat di atasku. Dengan usia yang terpaut cukup dekat, beliau memang memiliki karir yang cemerlang. Menjadi Ketua Program Studi (Prodi) Keuangan di PTS ini. Dengan karakternya yang kuat, beliau memang layak untuk menjadi ketua. Cantik, smart dan berpetahuan luas. Eeh aku juga merasa cukup dekat lho, karena beliau ini sekarang satu kostan denganku yang terletak tidak jauh dari kampus ini. Kami akrab dan sering pulang bareng ketika pulang kerja, kadang membawa bekal bareng atau belanja bareng. Dekat kan? Aku juga tidak memanggilnya ibu, tetapi memanggil kakak, karena beliau pernah menjadi kakak kelasku.
Selain kesemuanya itu, kak Nina atasanku itu adalah lulusan S2 Ekonomi di Universitas Negeri Ternama di Indonesia. Bahkan, sedang berencana untuk S3. Keren banget ya. Bedalah sama aku, yang cukup puas dengan lulusan S1. Cukuplah untuk menghadapi hidup yang lumayan berat ini. Hihi
Bu Darma, atasannya Kak Nina atasanku juga, sudah menungguku di ruangan rapat. Beliau tidak sendiri, ada bu Delima yang menemaninya. Beliau atasan kak Nina langsung yang menjabat sebagai ketua bagian Prodi yang membawahi prodi-prodi di bawahnya. Kalau bu Darna ini, beliau ketua bagian umum yang membawahi keuangan dan umum. Tetapi dalam kenyataannya, beliau ini seperti mempunyai otoritas di semua bagian. Entahlah, mungkin bu Darma ini kak tangan ketua PTS ini. Jadi, semua diserahkan kepada beliau. Termasuk pemanggilanku kali ini.
"Silahkan duduk, Ma! Mohon maaf kalau tiba-tiba memanggilmu sekarang", kata bu Delima memulai pembicaraannya. "Ada beberapa yang mau kami samapaikan terkait beberapa hal", lanjut beliau. Aku diam mendengarkan, sambil menerka-nerka kira-kira apa yang akan disampaikan oleh bu Delima dan bu Darma ini. Rasanya seperti di sidang pas skripsi hihi. Tanganku lumayan dingin, entahlah kenapa hatiku lumayan deg-degan dengan pemanggilan yang tiba-tiba ini. Perasaanku sih, gda yang salah selama ini.
"Begini, Ma. Kami ada laporan dari atasan Kima, kalau Kima pernah jalan dengan pak Gibran ketua program studi Pemasaran. Selain itu, beliau juga melaporkan kalau selama ini, beliau kurang suka dengan cara kerja Kima sebagai sekretarisnya". Tanpa tedeng aling-aling bu Darma menjelaskan mengapa aku dipanggil ke ruangan rapat ini. Rasanya semua terasa panas dingin, tuhan apa ini mimpi? Kataku dalam hati. Rasanya ingin menangis di depan mereka. Tapi aku berusaha tenang menghadapi semuanya. Ada berkecamuk rasa dalam hatiku. Entah mengapa, tiba-tiba aku membayangkan kak Nina yang selama baik-baik saja sama aku. Kok teganya ya? Aah baru tadi pagi kita makan bareng, masak bareng tapi gda dia bilang apa-apa. Ups rasanya itu.. Perih dan pedih. Bagaikan sembilu yang menusuk ulu hati. Duuh, kenapa harus kak Nina? Aku pikir...
Tugas 3 + Yuli Yuliani + Kelompok 19 + Sulistiawati Fauzi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar