Rabu, 31 Januari 2018

Jurnal Fasilitator : Ketika Prioritas Kita Diuji







Lagi-lagi terjadi di level 3 ini. Rasanya saya hampir mepet jadwal, semua tugas-tugas yang diberikan, kecuali materi dan memberikan tantangan di kelas. Selain itu, blas semuanya dikerjakan hampir di akhir-akhir. Rasanya kacau balau kegiatan saya di level ini. Carut-marut tak tentu arah. Pun membuat jurnal ini, hampir habis batas waktu. 

Di level ini, rasanya saya tertekan karena perasaan banyak yang harus saya kerjakan, padahal mungkin sebetulnya saya hanya jalan di tempat. Alias mengerjakan yang bukan prioritas. Saya merasa terlalu banyak mengambil group "tantangan" menulis yang sebetulnya tidak harus diambil karena banyak doublenya antara tantangan satu dengan lainnya. Padahal usaha dan tenaga serta pikiran tetap berjalan. Saya kecapean, karena tidur pun kadang sampai larut malam.




Kalau dipikirkan ternyata tantangan ini terlalu menyita waktu saya. Padahal saya sendiri, sudah berkomitmen untuk tetap semangat menjadi fasilitator, karena memang ini salah satu impian saya. Mengajar dari rumah, untuk sedikit bermanfaat kepada orang lain. 

Dengan mengambil tantangan itu, waktu saya sungguh terbagi. Kegiatan ngefasil banyak yang kurang fokus. Sehingga dampaknya lumayan berpengaruh, terutama dalam pengerjaan tantangan T10 peserta. Selain itu, di kelas kalimantan juga ternyata yang gugur cukup banyak. Sekitar 10 orang yang diremove dari kelas.




Setelah dirunut, keadaan saya yang kurang fokus ini ternyata pada intinya, saya belum bisa mengatur urutan kegiatan sesuai prioritas. Banyak kegiatan menulis online saya ambil. Sedangkan antara group satu dengan yang lain tantangannya sama menulis dengan tema berbeda. Dengan tema berbeda itu, kadang saya sehari harus menulis 4-5 artikel atau pun fiksi dengan tema berbeda. 

Menulis 4-5 artikel yang newbie buat saya adalah tantangan tersendiri. Akibatnya waktu saya hampir habis dengan mengutak-atik tulisan. Padahal selain tulisan, saya juga masih memiliki kewajiban lain di dunia nyata, yang malah harusnya lebih prioritas. Sungguh, kalau flash back bulan ini, saya hampir banyak mengeluarkan energi di depan HP, karena selama ini saya memang menulis menggunakan HP. 

Yang bisa saya ambil dari yang telah terjadi adalah jangan terlalu "maruk" dalam hal apapun! Hatta dalam mengembangkan diri ataupun menuntut ilmu. Walaupun itu sesuai dengan yang impian yang ingin bangun. Karena berdasarkan yang saya alami sekarang, semua saya hampir fokuskan untuk menulis dan menulis, padahal masih banyak kewajiban saya yang lain, bahkan lebih banyak tapi justru banyak keteterannya. Akibatnya,  saya justru merasa terburu-buru dan letih berlebih. 




Dengan keadaan saya sekarang, saya memilih untuk memperbaiki prioritas dalam mengambil suatu keputusan. Acuan saya sekarang adalah resolusi yang telah dibuat. Jika banyak tantangan atau peluang menari-nari di pelupuk mata, maka saya coba cek di sini dulu apakah ini resolusi saya atau malah memperburuk prioritas saya. 

Bagi saya, fokus pada yang diprioritaskan kemudian berikan kualitas terbaik itu lebih menyenangkan daripada mengambil semua tantangan tapi dengan asal-asalan,  asal bisa sesuai target. Ini big no! Itu membahayakan jiwa saya ternyata 😊.




Yang saya bisa siapkan untuk kembali ke jalur kehidupan "normal" dengan kualitas yang lebih baik adalah menentukan prioritas. Saya memilih untuk kembali memprioritaskan beribadah, keluarga, menuntut ilmu, berbagi dan berlatih menulis serta berlatih bisnis. 

Saya akan kaji ulang kandang waktu yang telah dibuat, karena selama ini kandang itu telah kosong dari aktivitasnya. Kemudian, konsistensi kunci selanjutnya. 

Bismillah, untuk hari yang baru. Pelajaran bulan ini sangat banyak. Bersemangat itu tak apa, tetapi melihat kondisi lebih baik lagi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar