Sumber: Tribunnews .com |
Hal yang paling saya suka adalah saat pertama hujan mulai turun. Harum tanah yang menyegarkan, rasanya bisa menenangkan pikiran dan perasaan.
Hujan juga banyak meninggalkan kenangan saat kanak-kanak. Ketika tawa dan air hujan menyatu menjadi riak-riak keceriaan. Di sana lah hati seorang anak bisa bergembira menyambut hujan dengan berlari-lari menembus hujan yang sangat dicintainya.
Tak ada larangan untuk menembus hujan ketika aku kanak-kanak. Bapak dan mamah tak pernah melarangku untuk berlarian dalam genangan air hujan. Sehingga, hujan adalah teman terbaikku ketika kanak-kanak. Mengenangnya hingga kini, menyentuhnya dalam relung hati.
Ada saatnya, hujan juga mengingatkanku pada kasih-sayang seorang bapak yang rela menembus hujan dalam memenuhi permintaan anak-anaknya untuk mengambilkan ikan di dalam kolam. Sementara kedua anaknya, meleleh terharu berlinang air mata menyaksikan bapaknya terbungkuk-bungkuk mengambil ikan di kolam dalam hujan.
Ah.. Kenangan manis, tentang kasih sayang dan hujan yang tak terlupakan. Hingga hari ini, memori itu tak pernah lekam. Cintanya melekat untuk bapak tercinta.
***
Saat ini, hujan bagiku tetap menyimpan kasih sayang dan cinta yang tak ada habisnya.
Ketika malam tiba, dalam lelap hujan turun dengan derasnya. Maka, aku biasanya terbangun karena suaranya yang membuatku terjaga. Mendengar sejenak suaranya, kemudian aku akan berdo’a dalam mata terpejam tentang harapan dan impian-impianku untukku dan orang-orang terkasihku. Aah.. Hujan dalam dentingnya, aku menyimpan do’a-do’a kepadaNya.
Yang terpenting bagiku, hujan adalah anugerahNya yang tak pernah habis. Dalam hujan aku bisa merasakan, betapa Maha Kuasanya yang telah menciptakan hujan ini. Betapa, dalam hujan aku bisa merasakan cintaNya melalui air yang diturunkanNya untuk hamba-hambaNya di muka bumi ini. Sehingga, hamba-hambaNya bisa terus hidup dan tumbuh. Dan tanaman serta hewan-hewan pun bisa ikut tumbuh dan hidup dengan sempurna.
Terima kasih untuk pencipta hujan. Terima kasih tak terkira. Sungguh, aku ingin selalu mencintai pencipta hujan ini.
***
Menyimpan hujan dalam kenangan terindah, membuatku selalu melihat hujan dalam magnet positif.
Ternyata, kenangan bisa membuat kita melihat sesuatu dengan berbeda. Kenangan indah, akan berdampak melihat sesuatu dengan positif, sedangkan kenangan buruk akan memberikan pikiran-pikiran yang negatif atau bahkan rasa trauma.
Jika melihat hal ini, aku sering berpikir untuk selalu memberikan kenangan terindah untuk anak-anakku. Agar mereka bisa selalu melihat semua hal dengan positif dan bisa menikmati hidupnya dan mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Dalam hal apapun!
Aah sejatinya kenangan indah memang harusnya milik anak-anak kita. Agar mereka bisa menyimpannya dengan baik dan mempergunakan sebaik-baiknya untuk kehidupan masa depannya.
Sungguh, aku tak henti bersyukur karena diberikan orangtua yang selalu memahami tumbuh kembang anak-anaknya. Walaupun kalau dari segi pendidikan formal, orangtuaku hanya seorang lulusan Sekolah Dasar. Tetapi, dalam hal pengasuhan rasanya “mengalahkan”ku yang terbilang berpendidikan tinggi. Pengasuhan memang berbicara tentang cinta tanpa pamrih.
Kami, lima bersaudara sangat menikmati guyuran cinta mereka tak pernah habis. Do’a-do’anya tak pernah putus untuk kebaikan kami. Tak kan ada habisnya! Kebaikan yang aku rasakan sekarang, tak lepas dari do’a-do’a mereka.
Sampai hari ini pun, ketika aku telah dewasa dan menjadi seorang ibu, aku masih bisa merasakan cinta mereka yang mengalir. Tanpa mereka, khususnya ibu. Mungkin aku akan sangat kewalahan atau bahkan frustasi ketika masa-masa melahirkan tiba.
Aah.. Sungguh dari hujan banyak ingatan yang mengantarkanku pada do’a-do’a panjang untuk orang-orang yang aku kasihi.
Aku mencintai hujan, karenanya aku bisa mencintai pencipta hujan. Allah Azza Wajalla.
#RumbelMenulis
#IPSulawesi
#ChallengeMaret
#Hujan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar