Selasa, 27 Februari 2024

Media Sosial Sebagai Media Belajar dan Beramal

Media Sosial Untuk Dakwah


FOV: Scroll reels di Instagram. 

Video tadabbur surat An-nas 

Video DIY membuat mainan anak

Video agar jualan laris

Video ceramah Ustadz

Dll … 


Hari ini aku banyak banget mendapatkan insight dan hikmah selama kurang lebih 30 menit scroll Instagram di jam online yang biasa aku gunakan untuk "fokus" di dunia onlineku. Selama ini, aku memang punya kandang waktu khusus untuk online. Karena selama ini aku memang aktif berjualan, review barang, dan beberapa kelas belajar online. Jadi, biar nggak kebablasan, harus punya jam online khusus. 

Ketika scroll media sosial itu, pas ketemu konten yang bermanfaat, ada terbesit rasa MasyaAllah, para kreator itu keren banget ya. Bisa memberikan edukasi atau ilmunya lebih luas ke orang-orang. Kalau niat kita lillah, berapa kebaikan yang didapatkan oleh mereka, apabila dibandingkan hanya digenggam sendiri ilmunya? 

***

Saat ini, media sosial sudah tidak asing bagi kita semua. Media sosial digunakan sebagai sarana berkomunikasi, berinteraksi dan membangun jaringan melalui media online bagi lapisan kalangan. Tujuan dari adanya media sosial sendiri adalah sebagai sarana komunikasi untuk menghubungkan antar pengguna dengan cakupan wilayah yang sangat luas.

Lantas, apa yang bisa kita berikan sebagai lulusan pesantren? 

Aku di sini, melihat diri sebagai seorang ibu, di mana seorang ibu itu adalah pondasi dalam sebuah keluarga. Sebagai seorang ibu, kita adalah sumber informasi dan pendidik di lingkungan terkecil kita, yakni keluarga. Maka seharusnya kita sebagai ibu, menjadi netizen cerdas dan terliterasi. Bagaimana cara cerdas bermedia sosial itu? Tentunya harus berhati-hati dalam berkomentar, menulis status, dan meneruskan pesan. Kemudian juga bila perlu kita follow akun-akun yang terverifikasi sesuai dengan keilmuan yang ingin kita cari, tak ketinggalan harus cari tontonan yang positif. 

Terlebih dari itu semua, melihat betapa luasnya pasar di media sosial, sebagai ibu kita bisa berkontribusi dengan hal yang kita bisa. Berbagi ilmu yang mungkin kita anggap biasa saja, ternyata menjadi luar biasa bagi orang lain. 

Aku selalu mengingat bagaimana salah satu guru pernah berpesan, apa yang kita bisa tinggalkan setelah kita meninggal nanti? Berkontribusi positif dengan konten positif bisa menjadi salah satu jalan, agar kita bisa meninggalkan warisan yang tak ternilai harganya. Dalam hal ini, sebagai lulusan pesantren mungkin kita bisa menulis kajian ilmu yang anggap kita mampu. Atau selain menulis kita bisa membuatnya dalam bentuk suara ataupun video. 

Bagi aku sendiri, media sosial saat ini sangat penting sebagai sarana belajar, berkembang, berkarya, berbagi dan bisa berdampak. Apalagi saat ini, rasanya sangat terbuka lahan-lahan kebaikan ataupun keburukan di medsos itu. Tinggal kita mau ambil bagian yang mana. Bagiku yang notabene hanya di rumah saja, rasanya amat sayang jika tidak menggunakan kesempatan ini untuk mendulang kebaikan dan semoga bisa menjadi tabungan amal di akhirat kelak. Ini sih, latar belakang kenapa aku begitu "aktif" membuat konten di medsos sampai saat ini. 

Semua itu adalah salah satu impianku yang pernah terbesit dalam hati. Bahwa aku harus bisa menjadi manusia yang bermanfaat. Hal ini karena aku sangat kagum pada ustadz dan ustadzah yang bisa mendedikasikan waktunya untuk berbagi, sehingga kebaikan akan terus mengalir dan mengalir tanpa batas rasanya jika dipikirkan. Maka waktu itu, dalam pikiranku aku ingin mengajar dan menulis agar bisa berbagi manfaat dengan orang lain. 

***

Aku mulai menggunakan medsos itu ketika bekerja, hanya saja belum seintens sekarang. Biasanya aku mengisi dengan kata-kata sedikit motivasi atau bahkan puisi. Tapi kadang ada tulisan alaynya juga dengan titik-titik yang banyak itu. Tetapi, yang aku rasakan sampai saat ini ketika aku bermedsos seperti ada batasan-batasan dari diri sendiri harus seperti apa ketika aku main FB, IG ataupun chat di WA misalnya. 

Misalnya, aku berusaha untuk berbagi tulisan-tulisan kebaikan, tidak membagikan berita hoax, tidak komentar yang menyudutkan atau negatif, tidak copy paste tanpa adab ataupun tidak membuat status ghibah, fitnah yang menimbulkan perdebatan. Aku rasa semua batasan ini, aku dapatkan ketika aku di pesantren. Pasti akan ada alarm di kepala, oh ini nggak bisa dishare nih, karena menjatuhkan orang lain misalnya.

Kini, setelah menikah dan alhamdulillah Allah karuniakan keturunan, aku memilih fokus di rumah saja. Apalagi saat ini, aku dan anak-anak tinggal jauh dari keluarga. Otomatis semua harus di handle sendiri. Tapi keinginan untuk bermanfaat tetap ada dalam hatiku, hingga akhirnya aku memilih untuk berbagi, berbisnis, dan menulis dari rumah dengan media sosial yang bisa aku jangkau. 

Media sosial saat ini memang sangat membantuku dalam mengembangkan diri sendiri ataupun keluarga. Dengan cakupan yang sangat luas ini, tanpa batas daerah dan zona waktu. Media sosial sangat berguna buatku untuk belajar banyak hal. Dari mulai mengenal diri, pengasuhan anak, bisnis, dan banyak keilmuan lainnya yang sangat berguna. 

Jadi, buat teman-teman lain seperjuangan di pesantren. Sekarang saatnya untuk kita masuk ke dunia medsos untuk meluaskan manfaat dengan sesuatu yang kita suka. Setidaknya dengan kebaikan yang kita sharing itu, bisa menambah jumlah konten yang positif yang bisa menginspirasi diri kita sendiri, bahkan orang lain. 

Tak perlu harus jadi ahli untuk berbagi, mulai saja dulu. InsyaAllah akan ada jalannya dari sesuatu yang kita tidak pernah tahu. Semangat ya! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar