Senin, 01 April 2024

Pengasuhan Anak Tanpa Teriakan dengan NLP

NLP adalah singkatan dari kata Neuro Linguistic Programming. Neuro, memiliki arti saraf, sistem saraf otak dan saraf seluruh tubuh kita Linguistic, artinya bahasa, baik verbal maupun non verbal. Programming, berarti memprogram


Sehingga definisi NLP adalah ilmu yang mempelajari struktur perilaku manusia, mempelajari bagaimana bahasa mampu mempengaruhi paradigma, cara berpikir dan perilaku kita sehari-hari. 

Atau sebuah ilmu yang mempelajari kerja pikiran sadar dan bawah sadar, serta mempelajari bagaimana linguistik mempengaruhi kerja syaraf untuk membentuk program-program bawah sadar yang menghasilkan perilaku.


Agar lebih mudah dipahami, sebagai contoh adalah kata SUSAH. Secara umum, kata ini memberi arti sebagai sesuatu yang tidak mudah untuk dilakukan atau diselesaikan.


Kira-kira reaksi apa yang terjadi pada tubuh?

Tubuh akan memberikan penolakan untuk menyelesaikan apapun yang dimaksud dengan 'SUSAH’ ini. Misalnya, pada kalimat yang terucap, “Tugas ini memang susah untuk dilaksanakan”


Sekarang, mari kita ganti kata susah dengan kata sepadan yang mengandung makna positif, yaitu TANTANGAN. Sehingga kalimat yang terucap menjadi “Tugas ini memang menjadi tantangan untuk dilaksanakan”. Terasa sekali bedanya, bukan?


Pada kata SUSAH, apabila terucap, maka yang terjadi adalah otak akan memprosesnya dan output yang keluar berupa hal-hal yang bersifat negatif. Misalnya rasa pesimis, rasa malas, tak berani melangkah dan masih banyak lagi. Otak pun akan  membutuhkan energi ekstra untuk diajak berpikir menyelesaikannya. Bahkan seringkali rasa enggan yang ada lebih besar, sehingga yang terjadi adalah ‘diam di tempat’.


Sedangkan pada kata TANTANGAN, respon otak yang diberikan akan berbeda. Output yang diberikan adalah rasa optimis, rasa tak sabar melangkah untuk menghadapi dan tertantang untuk menyelesaikan. Otak serasa mendapatkan energi baru berupa afirmasi positif terhadap diri sehingga yang terjadi adalah keyakinan diri bahwa ‘Aku BISA’.


2. Pengasuhan  

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pengasuhan berasal dari kata kerja asuh, mengasuh, yang artinya 1.  menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil; 2. membimbing (membantu, melatih, dan sebagainya) supaya dapat berdiri sendiri (tentang orang atau negeri); 3. memimpin (mengepalai, menyelenggarakan) suatu badan kelembagaan. 


Sementara pengasuhan sendiri memiliki arti proses, cara, perbuatan mengasuh.


Pengasuhan atau lebih akrab disebut dengan parenting adalah proses menumbuhkan dan mendidik anak dari kelahiran anak hingga memasuki usia dewasa. Selain itu, pengertian yang lain dari pengasuhan adalah saat dimana orang tua memberikan sumberdaya paling dasar kepada anak, pemenuhan kebutuhan anak, kasih sayang, memberikan  perhatian dan mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada anak.



Mengapa Metode NLP?


Konsep pengasuhan (parenting) bahwa orang tua adalah bukan pemilik anak-anak, melainkan sebagai penjaga anak-anak sampai mereka siap untuk menjaga diri sendiri. Orang tua sebagai penjaga anak-anak sampai mereka siap untuk menjadi pemelihara hidup mereka.


Dalam Islam, pada usia >= 15 tahun, anak-anak idealnya sudah menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab atau juga disebut baligh. Mereka dapat menjadi penjaga atau pemelihara dirinya sendiri. Namun, tercapai atau tidaknya fase ini sangat ditentukan oleh  pola asuh  dan role model orang tua. 


Kedua hal tersebut juga tergantung dari ‘bekal’ ilmu yang dimiliki orang tua. Menjadi orang tua bukanlah suatu ‘given’ dari Allah begitu saja.   Label orang tua tentunya diiringi dengan ilmu pengasuhan dalam menumbuhkan, merawat, mendidik dan membangkitkan fitrah anak-anak. Namun, sayangnya belum ada sekolah formal khusus untuk orang tua. Sehingga yang terjadi adalah ketika ‘tamu istimewa’ atau anak   datang, dengan berbekal dengan ilmu yang sekedarnya, orang tua merawat mereka pun dengan ala kadarnya. Akibatnya harapan melahirkan generasi yang lebih baik, tumbuh sesuai fitrahnya dan berkontribusi sesuai peran terbaiknya  masih jauh panggang dari api.


Sesungguhnya menjadi orang tua merupakan amanah besar dari Sang Pemilik Amanah. Hendaknya orang tua tak menyia-nyiakan kesempatan emas ini karena tak semua orang tua mendapatkannya. Sepatutnya mereka memiliki semangat belajar sepanjang hayat, minal mahdi ilallahdi, demi perbaikan kualitas generasi menuju peran peradabannya.


Nah, metode NLP ini sangat mengena terkait ilmu pengasuhan, yaitu :


1.Pola asuh

Mengembalikan fitrah orang tua dan fitrah anak kembali kepada tempatnya. 


Fitrah orang tua adalah selalu ingin mendidik dan menyayangi anaknya, sedangkan fitrah anak yaitu memiliki keinginan berbakti kepada orang tuanya dan menjadi anak yang baik.


Selama ini fitrah yang ada pada orang tua dan anak seolah tertutupi oleh ego orang tua yang tanpa sadar merusak mekanisme yang ada. Salah satu diantaranya adalah adanya inner child atau dalam istilah NLP, disebut jangkar negatif, pada orang tua yang belum tuntas. Akibatnya, ingatan dan bayangan masa lalu muncul saat ini dan parahnya, apa yang telah orang tua terima ketika kecil, diadopsi kembali untuk diterapkan pada anak-anak mereka.


2. Komunikasi produktif

Manusia lahir dengan fitrah, yaitu suci   dan berpotensi baik. Ada tiga alat yang dikaruniakan Allah pada manusia yaitu pendengaran, penglihatan dan hati. Melalui metode NLP, ketiga alat itu akan digunakan sebagai jendela pemrosesan informasi sistem penginderaan. Informasi visual diterima oleh penglihatan, informasi auditif diterima oleh pendengaran dan informasi kinestetik diterima dalam bentuk rasa atau sensasi.


Orang tua yang menerapkan metode NLP dalam proses pengasuhan anak-anak, diharapkan dapat lebih rileks dan optimis. Di samping itu, setiap peristiwa tak diharapkan, yang dilakukan anak, orang tua dapat memaknainya dengan lebih elegan. Cukup dengan menggeser fokus dan mengubah sudut pandang atau cara berpikir orang tua, yang diikuti dengan bersikap yang baik di depan anak, tanpa bentakan dan teriakan.


Perlu digarisbawahi bahwa dalam diri manusia terdapat komponen emosi dan nalar.  Apabila nalar panjang, maka emosi kecil dan  apabila nalar pendek, maka emosi tinggi. Jadi sesungguhnya jika ketika emosi berada di puncak amarah (artinya nalar berada di titik terendahnya) sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan. 


Yang ada, anak merasa makin ketakutan dan trauma dengan peristiwa tersebut. Parahnya, mereka akan menirukan apa yang orang tua lakukan pada mereka. Sehingga gaya komunikasi anak-anak bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya. 


3. Role model/ panutan

Orang tua hendaknya memberikan panutan atau teladan yang baik bagi anak-anak. Sebab, orang tua pernah merasakan menjadi anak-anak. Sementara anak-anak belum pernah menjadi orang tua.


Anak-anak bisa jadi salah memahami, tetapi mereka tak pernah salah meng-copy. 


Tanpa disadari, setiap perilaku, cara berpikir dan cara berkomunikasi orang tua memasuki alam bawah sadar anak. Sehingga apa yang ditampilkan anak dalam keseharian bisa menjadi gambaran orang tuanya. Bahkan bisa mempengaruhi kepribadian anak-anak kelak



Siapa yang dapat menerapkan metode NLP dalam pengasuhan?

Orang tua adalah subyek pertama kali yang diharapkan menerapkan NLP dalam pengasuhan anak. Karena mereka yang mendapat tanggung jawab utama dalam pendidikan anak. 


Berikutnya adalah para guru yang dapat menggunakan metode ini dalam mendidik anak-anak didik mereka. Dihadapkan pada berbagai macam anak didik yang unik dan istimewa, tentunya dibutuhkan kemampuan untuk berpikir positif dalam memandang keunikan tersebut.


Kapan dan dimana metode ini digunakan atau diterapkan?


Setiap saat, sepanjang hayat masih dikandung badan. Metode NLP ini membuka pikiran bawah sadar orang tua untuk senantiasa berpikir dan bertindak positif, rileks dan optimis. Sehingga otak dan tubuh dilatih untuk melihat suatu peristiwa dengan sudut pandang yang berbeda dan tentunya positif.


Dalam hal pengasuhan, alangkah lebih baiknya, NLP diterapkan dalam lingkungan terkecil, yakni keluarga. Sebab dari keluarga, akan bermunculan generasi terbaik yang akan berkontribusi sesuai peran peradabannya dengan bahagia. Lalu dapat dilanjutkan pada lingkungan sekitar atau yang lebih luas lagi.


Bagaimana menerapkan NLP dalam pengasuhan?

Terdapat tiga prinsip pengasuhan menjadi orang tua, yaitu menjadi teladan, mengingatkan dan memperbaiki, demi menjaga fitrah baik anak agar tumbuh benih ketaatan seperti layaknya pohon yang akarnya kuat (bersyukur), batangnya menjulang (meningkat), daunnya rimbun serta buahnya lebat (bermanfaat).


Ada lima pilar yang dapat orang tua bangun dan kuatkan untuk menjalani prinsip pengasuhan tersebut, antara lain :


  1. Selesaikan emosi

Yang pertama dan utama adalah kita sebagai orang tua harus tuntas diri, melatih diri sendiri. 


Caranya :

  1.  Pandang sebuah masalah dari sisi helicopter view. Misal, anak menumpahkan susu di lantai yang baru 5 menit lalu dipel. Wah, emosi akan naik kemudian tak jarang keceplosan mengeluh, marah bahkan dengan bentakan. Kita imajinasikan sedang menonton sebuah film drama, yang pemerannya adalah kita dan anak. Dalam film tersebut, kita memarahi anak karena seakan tak paham bahwa lantai baru saja bersih. Kita juga menonton anak yang sedih karena dimarahi. Nah, dengan menjadi penonton drama sendiri, kita bisa menjadi lebih sabar dan respon yang kita berikan ke anak lebih baik.

  2.  Re-framing

    Ubah makna yang kita lekatkan pada suatu peristiwa

  1.  Ubah limiting belief

        Seringkali kita membenarkan respon kita karena belief. Misal kita membenarkan memarahi anak karena kita mempercayai bahwa temperamen bawaan kita memang pemarah dari 'sananya’.

  1. Memaafkan

Memaafkan menjadi sebuah bentuk syukur. Memaafkan sebanyak-banyaknya sebanyak ampunan yang kita butuhkan dari-Nya.


2. Fokus pada tujuan

Setiap kegiatan harus memiliki tujuan yang jelas bahkan hanya ketika berbicara kepada anak dan pasangan. Bawah sadar kita hanya mengenali tujuan yang bentuknya jelas, kalimat positif, spesifik dan terukir, melibatkan indera lihat (tervisualisasi), dengar, esa, selaras dengan nilai yang ditanamkan.


3. Rapport (membangun kedekatan)

Ada berbagai cara membangun kedekatan :


  • Fokus pada hal baik, perbanyak memuji dan hilangkan mencela. 

  • Ikuti nada suara. Jika anak bersemangat, maka tanggapi dengan semangat. 

  • Ungkapkan emosi dengan benar

  • Gorillaz unconfitional love. Bangun kedekatan tanpa kata-kata. Beri pelukan tiap pagi dan doa sebelum beraktivitas

  • Aku hanya untukmu. Ini merupakan salah satu teknik yang bisa digunakan untuk membangun kedekatan bagi para orang tua yang memiliki anak lebih dari satu

  • Mendengarkan dengan tulus


4. Gunakan ketajaman indera

Asah ketajaman indera orang tua


5. Fleksibel dalam tindakan

Tujuan boleh satu, tapi seribu cara baik bisa ditempuh. Kreatif dan luwes dalam mencapai tujuan tersebut adalah kuncinya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar